Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat
Penulis Al Ustadz Abu Hamzah Yusuf
Siapa
yang tidak menginginkan kebahagiaan dunia dan akhirat? Kita semua tentu
menginginkannya. Hanya yang perlu untuk kita pertanyakan bagaimana cara
untuk meraih keduanya. Sementara, kita yakini bersama bahwa Islam
adalah agama yang ajarannya universal (menyeluruh). Islam satu-satunya
agama yang mendapatkan legitimasi (pengakuan) dari Sang Pemiliknya yaitu
Allah ‘azza wa jalla.
Islam adalah agama yang rahmatan lil alamiin. Tidak didapatkan satu
ajaran pun dalam Islam yang merugikan para pemeluknya, tidak ditemukan
satu prinsip pun dalam Islam yang mencelakakan para penganutnya. Tetapi
pada kenyataannya banyak kalangan yang hanya menitikberatkan
perhatiannya pada dunia dan bagaimana cara untuk mendapatkannya. Padahal
Allah telah mengingatkan kita dengan firman-Nya,
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan
dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu
serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan
yang tanaman-tanamannya mengagumkan para petani, kemudian tanaman itu
menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.
Dan di akhirat (nanti) ada adzab yang keras dan ampunan dari Allah serta
keridloannya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan
yang menipu.” (Al-Hadid: 20).
“Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya,
niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia
dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah
orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat kecuali neraka dan
lenyaplah di akhirat itu apa yang mereka telah usahakan di dunia dan
sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.” (Huud: 15-16).
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, petunjuk Rasulullah
shallallahu ?alaihi wasallam adalah sebaik-baik petunjuk. Siapa yang
mengambilnya ia akan bahagia dan yang meninggalkannya akan celaka. Allah
berfirman,
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintah Rasul takut akan
ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih.” (An-Nuur: 63).
Terbukti generasi yang bersamanya, yakni generasi para sahabat meraih
gelar terbaik umat ini, karena mereka mengambil petunjuknya. Itulah
mereka para sahabat yang telah berhasil meraih kebahagiaan dunia dan
akhirat. Bagaimana tidak, sedang mereka mendapatkan bimbingan tauhid
selama kurang lebih 13 tahun hingga akhirnya mereka memiliki landasan
yang kokoh dalam kehidupannya.
Oleh karena itu, tauhid itulah sebagai landasan yang menghantarkan
seseorang kepada kebahagiaan yang sebenarnya. Sebab mentauhidkan Allah
adalah tujuan diciptakannya manusia. Allah berfirman,
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (Adz Dzariyaat: 56).
Ibnu Katsir berkata: makna “ya’buduun” dalam ayat ini adalah
“yuwahhiduun” (mentauhidkan Allah). Al-Imam Al-Baghawi menyebutkan dalam
tafsirnya bahwa Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma mengatakan: “Setiap
perintah beribadah dalam Al Qur’an maka maknanya adalah tauhid.”
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, bagaimana tidak dikatakan
bahwa tauhid sebagai landasan yang akan menghantarkan seseorang kepada
kebahagiaan dunia dan akhirat, sedangkan Allah meridhai ahli tauhid.
Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah meridhai kalian tiga perkara: kalian beribadah
kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apapun, berpegang
teguh dengan tali Allah semuanya dan jangan bercerai berai, dan
memberikan nasihat kepada orang yang Allah jadikan pemimpin atas
urusan-urusan kalian.” (HR. Muslim dari Abu Hurairah).
Itulah tauhid. Tauhid adalah jalan untuk mendapatkan dua kebahagiaan
tersebut, sebab dengan menegakkan tauhid berarti menegakkan keadilan
yang paling adil. Sementara tujuan Allah mengutus rasul-Nya dan
menurunkan kitab-Nya adalah supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.
Allah berfirman,
“Sesungguhnya kami telah mengutus rasul-rasul kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyatam dan telah kami turunkan bersama mereka Al Kitab
dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan.”
(Al-Hadiid: 25).
Tauhid sebagai landasan meraih kebahagiaan dunia dan akhirat karena
keamanan serta petunjuk di dunia dan akhirat hanya akan dicapai oleh
para ahli tauhid. Allah berfirman,
“Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka
dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.”
(Al-An’aam: 82).
Ibnu Katsir mengatakan pada ayat ini: “Yaitu mereka yang memurnikan
ibadahnya untuk Allah saja dan tidak berbuat kesyirikan dengan sesuatu
apapun, mereka mendapatkan keamanan pada hari kiamat dan petunjuk di
dunia dan akhirat.”
Jadi memang tauhidlah yang akan menghantarkan kepada kebahagiaan yang
hakiki. Karena khilafah di muka bumi serta kehidupan yang damai, aman,
dan sentosa berbangsa dan bernegara hanya akan diraih melalui tauhid.
Allah berfirman,
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman di antara
kamu dan mengerjakan amal-amal yang sholih, bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi. Sebagaimana Dia telah
menjadikan orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia
akan meneguhkan bagi mereka agama yang telah diridhainya untuk mereka.
Dan Dia benar-benar akan menukar keadaan mereka, semula mereka berada
dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan
tiada mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang
kafir sesudah janji itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(An-Nuur: 55).
Para pembaca -yang semoga dirahmati Allah-, ahli tauhid mereka
orang-orang yang akan mendapatkan jaminan surga dari Allah. Rasulullah
shallallahu ?alaihi wasallam bersabda,
“Barangsiapa yang bertemu Allah dalam keadaan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun, ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bertemu
dengan-Nya dalam keadaan menyekutukan-Nya, ia akan masuk neraka.” (HR.
Muslim dari Jabir bin Abdillah).
Ahli tauhid mereka orang-orang yang akan berbahagia dengan
syafa’atnya Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam . Abu Hurairah
bertanya kepada Nabi shallallahu ?alaihi wasallam , “Siapakah orang yang
paling berbahagia dengan syafa’atmu?” Beliau menjawab, “Orang yang
mengatakan ‘Lailaha ilallah’ ikhlas dari lubuk hatinya.” (HR. Al-Bukhari
dari Abu Hurairah).
Ahli tauhid mereka orang-orang yang terjaga dan terpelihara darah dan
hartanya. Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam bersabda, “Aku
diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka bersaksi bahwa tiada
Ilah yang berhak untuk diibadahi secara benar kecuali Allah dan bahwa
Muhammad itu utusan Allah, menegakkan sholat, menunaikan zakat. Jika
mereka melakukannya, mereka terjaga dariku darahnya dan hartanya kecuali
dengan hak-hak Islam, dan perhitungannya atas Allah.” (HR. Al-Bukhari
dan Muslim dari Ibnu Umar).
Demikianlah para pembaca -kaum muslimin- tauhid adalah rahasia
kebahagiaan dunia dan akhirat, karena yang pertama kali diwajibkan atas
seorang hamba adalah tauhid. Allah berfirman,
“Dan Kami tidak mengutus seorang rasulpun sebelum kamu, melainkan kami
wahyukan kepadanya bahwasanya tidak ada Ilah yang hak melainkan Aku,
maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku.” (Al-Anbiyaa: 25).
Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam berkata kepada sahabat Muadz
bin Jabal radhiyallahu ‘anhu ketika beliau mengutusnya ke negeri Yaman
“Sesungguhnya engkau akan mendatangi kaum dari Ahli Kitab. Jika Engkau
mendatanginya maka serukanlah kepada mereka supaya mereka bersaksi bahwa
tidak ada ilah -yang berhak untuk diibadahi- kecuali Allah dan Muhammad
adalah utusan Allah…” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Ibnu Abbas
radhiyallahu ‘anhu).
Imam Al-Hafizh Al-Hakami mengatakan, “Kewajiban pertama atas hamba,
mengenal Ar-Rahmaan (Allah) dengan tauhid.” Dan tauhid juga yang menjadi
kewajiban terakhir atas seorang hamba, ketika menjelang kematiannya Abu
Thalib, Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam datang menemuinya dan
berkata,
“Wahai paman, ucapkanlah ‘Lailaha ilallah’, kalimat yang menjadi hujjah
untukmu di sisi Allah…” (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Sa’id ibnul
Musayyab dari bapaknya (Musayyab)).
Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam juga bersabda,
“Barangsiapa yang akhir ucapannya ‘Lailaha ilallah’, ia akan masuk surga.”
Semoga Allah memberikan taufiq kepada yang dicintai dan diridhainya. Amin ya Mujibas sailiin.
(Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf dari Bulletin al Wala wal
Bara Edisi ke-7 Tahun ke-1 / 24 Januari 2003 M / 21 Dzulqa’dah 1423 H.
Judul asli Tauhid Rahasia Kebahagiaan Dunia dan Akhirat)
Sumber : http://adhawaus-salaf.or.id
SALAFY CIAMPEA BOGOR,berusaha : "Memahami Al-Qur`an dan Sunnah Dengan Pemahaman Salafush Sholeh" >>Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: “Berbahagialah orang yang asing (ghuroba) itu, (mereka adalah) orang-orang baik yang berada di tengah orang-orang jahat yang banyak. Dan orang yang tidak menaati mereka lebih banyak daripada orang yang mengikuti mereka.” (Shahih, HR. Ahmad, lihat Shahihul Jami’ no. 3921)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
[AUDIO]: Nilai Sebuah Keikhlasan
Rekaman – AUDIO KAJIAN Kajian Islam Ilmiyyah Tanjung Priok Ahad, 03 Rabi’ul Awwal 1440H / 11 November 2018M Masjid Raya al-H...
-
Sekilas tentang Mahad Ibnul Mubarok Ciampea Rindang dan sejuk, itulah kesan pertama yang dirasa ketika pertama mengunjungi mahad i...
-
AWAS BAHAYA!! HALABIYUN SURURIYUN TUROTSIYUN RODJAI-PUN MENJADI CORONG TANDZIM TERORIS TAKFIRI AL QAIDAH DI SURIAH AWAS BAHA...
-
[VIDEO] Ada Apa Di Balik TV RODJA (Waduh Ternyata Firanda Seorang Pendusta) Asy-Syaikh Abdullah Al-Bukhary , Video Disampaikan ole...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar