Bersabarlah Wahai Saudaraku Menghadapi Musibah Ini
Sabar
dan tetaplah bersabar wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, dengan
tetap memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan banyak
memanjatkan doa kepada-Nya. Sebagaimana bimbingan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kepada Ummu Salamah ketika beliau tertimpa musibah:
“Sesungguhnya
kita milik Allah dan hanya kepada Allah kita akan kembali. Ya Allah,
berilah pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah untukku dengan
yang lebih baik dengannya.” (HR. Al-Imam Muslim dari shahabat Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha)
Hikmah Ilahi di balik musibah gempa
Di
sebuah tempat di negeri ini, seorang ibu berkerudung tengah duduk
ditemani tiga anaknya. Di depannya tampak sebuah rumah yang hampir rata
dengan tanah. Itulah harta berharganya yang telah terenggut oleh gempa.
Hampir tak ada lagi yang tersisa setelah itu.
Namun
sedikitpun tidak tampak gurat kesedihan pada dirinya. Padahal kini
dengan sisa harta yang tidak seberapa, dia harus berjuang untuk hidup.
Ia pun mesti mengubur dalam-dalam bayang kenyamanan tinggal di sebuah
rumah. Karena ‘rumah’-nya kini, hanya beralaskan bumi dan beratapkan
langit.
Apapun yang terjadi, dia tetap memiliki sebuah keyakinan bahwa di balik itu semua ada hikmah dari Rabb subhanahu wa ta’ala.
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menyatakan di dalam Al-Qur’an:
الم
﴿١﴾ أَحَسِبَ النَّاسُ أَنْ يُتْرَكُوا أَنْ يَقُولُوا ءَامَنَّا وَهُمْ
لاَ يُفْتَنُونَ ﴿٢﴾ وَلَقَدْ فَتَنَّا الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ
فَلَيَعْلَمَنَّ اللَّهُ الَّذِينَ صَدَقُوا وَلَيَعْلَمَنَّ الْكَاذِبِينَ
﴿۳﴾ [العنكبون: ١ - ۳]
”Alif
laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja)
mengatakan: “Kami telah beriman”, sedang mereka tidak diuji lagi? Dan
sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum mereka, maka
sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan sesungguhnya
Dia mengetahui orang-orang yang dusta.” (Al -‘Ankabuut: 1-3)
Saudara-saudaraku
seiman -semoga Allah merahmatimu-, selama hayat masih di kandung badan,
selama jantung masih berdetak dan darah masih mengalir, demikian pula
selama nafas masih berhembus, adalah sebuah kemestian jika cobaan,
rintangan, musibah demi musibah, silih berganti mendatangi kita,
sebagaimana yang telah Allah subhanahu wa ta’ala tetapkan dalam ayat di
atas.
Perlu
kita ketahui pula bahwa segala sesuatu yang menimpa kita, kebaikan
maupun kejelekan, kesenangan ataupun kesedihan, dan yang lainnya,
merupakan sesuatu yang telah ditakdirkan dan ditetapkan Allah Subhanahu
wa Ta’ala. Sebagaimana Allah subhanahu wa ta’ala nyatakan dalam
firman-Nya:
مَا
أَصَابَ مِنْ مُصِيبَةٍ فِي الأَرْضِ وَلاَ فِي أَنْفُسِكُمْ إِلاَّ فِي
كِتَابٍ مِنْ قَبْلِ أَنْ نَبْرَأَهَا إِنَّ ذَلِكَ عَلَى اللَّهِ يَسِيرٌ
﴿٢٢﴾ [الحديد: ٢٢]
“Tiada
suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah.” (Al-Hadid: 22)
Takdir
ini telah Allah subhanahu wa ta’ala tentukan 50.000 tahun sebelum
penciptaan langit dan bumi, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam: “Allah telah menulis takdir-takdir seluruh makhluq (pada kitab lauh mahfudz) 50.000 tahun sebelum menciptakan langit dan bumi.” (HR. Al-Imam Muslim dari shahabat Abdullah ibn Amr ibn Al-Ash radhiyallahu ‘anhu)
Dengan
demikian kita sadar bahwa gempa yang merobohkan rumah-rumah kita,
mengubur harta kita, dan melukai saudara-saudara kita, bahkan
menyebabkan terambilnya sebagian nyawa mereka, semuanya telah Allah
Subhanahu wa ta’ala takdirkan. Tiada seorangpun yang mampu untuk
mengelakkannya, sebagaimana yang disabdakan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam:
“Ketahuilah
wahai saudara-saudaraku kaum muslimin bahwa apa yang harus menimpamu
tidak akan luput darimu, dan apa-apa yang luput darimu tidaklah akan
menimpamu.” (HR. Al-Imam At-Tirmidzi dari shahabat Ibnu Abbas)
Apa Rahasia di Balik itu Semua?
Apakah
Allah subhanahu wa ta’ala hendak berbuat dzalim kepada hamba-Nya atau
menyakitinya? Ketahuilah wahai hamba-hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala
bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Jika Allah
menghendaki kebaikan bagi hamba-Nya, niscaya Allah akan menyegerakan
hukuman baginya di dunia dan jika Allah menghendaki keburukan pada
hamba-Nya niscaya Allah akan mengakhirkan hukuman atas dosa-dosanya
sehingga Allah akan menyempurnakan hukuman baginya di akhirat kelak.” (HR. Al-Imam At-Tirmidzi dari shahabat Anas ibn Malik radhiyallahu ‘anhu).
Hadits
tersebut menjelaskan bahwa apabila Allah subhanahu wa ta’ala
menginginkan kebaikan bagi hamba-Nya, niscaya Allah subhanahu wa ta’ala
akan menyegerakan hukuman baginya di dunia. Maka bergembiralah, wahai
saudara-saudaraku kaum muslimin! Karena musibah ini kita harapkan
sebagai bukti bahwa Allah lmenghendaki kebaikan untuk diri-diri kita,
baik di dunia maupun di akhirat, sebagaimana yang Rasulullah sabdakan:
“Barangsiapa dikehendaki oleh Allah suatu kebaikan bagi dirinya, niscaya Allah akan menimpakan baginya musibah.” (HR. Al-Imam Al-Bukhari dan shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Janganlah
patah semangat, wahai saudaraku kaum muslimin, atas musibah apapun yang
menimpamu, karena itu akan menjadikan besar pula pahalamu, sebagaimana
sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Sesungguhnya besarnya pahala itu tergantung dengan besarnya ujian/musibah yang menimpamu.” (HR. Al-Imam At-Tirmidzi dari shahabat Anas radhiyallahu ‘anhu)
Bangkitlah
wahai saudaraku! Karena ini merupakan bukti bahwa Allah lmencintaimu,
sebagaimana sabda Rasulmu shallallahu ‘alaihi wasallam: “Apabila
Allah mencintai suatu kaum maka Allah akan menguji mereka. Barangsiapa
yang ridha maka ia akan mendapatkan keridhaan Allah, dan barangsiapa
yang murka maka ia akan mendapatkan kemurkaan dari Allah.”
Besarkanlah
hatimu wahai kaum muslimin! Karena ini merupakan tanda bahwa Allah
subhanahu wa ta’ala akan mengampuni dosa-dosamu, sehingga meringankanmu
di hari perhitungan nanti. Sebagaimana ini dinyatakan oleh Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh
Al-Imam Tirmidzi dari shahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu:
“Cobaan
akan terus senantiasa menimpa seorang mukmin, laki-laki dan wanita,
baik pada jiwanya, anaknya, demikian pula hartanya sehingga ia berjumpa
dengan Allah (meninggal) dan tidak ada padanya satu dosapun (tidak
menanggung satu dosapun).”
Sabar
dan tetaplah bersabar wahai saudara-saudaraku kaum muslimin, dengan
tetap memohon pertolongan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dan banyak
memanjatkan doa kepada-Nya. Sebagaimana bimbingan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam kepada Ummu Salamah dketika beliau tertimpa musibah:
“Sesungguhnya
kita milik Allah dan hanya kepada Allah kita akan kembali. Ya Allah,
berilah pahala atas musibah yang menimpaku dan gantilah untukku dengan
yang lebih baik dengannya.” (HR. Al-Imam Muslim dari shahabat Ummu Salamah radhiyallahu ‘anha)
Sepantasnya
kaum muslimin senantiasa memanjatkan rasa syukurnya kepada Allah
subhanahu wa ta’ala, karena Allah subhanahu wa ta’ala telah memilihnya
untuk dihapuskan dosa-dosanya, bertambah banyak pahalanya, dan akan
Allah angkat derajatnya.
Sekalipun
rumah hancur atau harta musnah, namun kenikmatan yang agung tetap ada
pada kita. Yaitu kenikmatan iman dan kenikmatan Islam, sebagaimana yang
Allah firmankan:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الإِسْلاَمَ دِينًا
“Pada
hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan
kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu.” (Al-Maidah:3)
Dikutip dari: Salafy.or.id offline Penulis oleh Al-Ustadz Abdul Haq, Judul: Hikmah Ilahi di balik musibah gempa
Diarsipkan pada: http://qurandansunnah.wordpress.com/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar