Mengenal Jalan Hidup Golongan yang Selamat



kepada cahayaPara pembaca semoga rahmat Allah subhanahu wa ta’ala senantiasa tercurahkan kepada kita semua. Judul di atas sangat terkait dengan apa yang dijelaskan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tentang akan terjadi perselisihan yang banyak setelah meninggalnya beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagaimana dalam sabdanya:
“Aku wasiatkan padamu agar engkau bertakwa kepada Allah, patuh dan ta’at, sekalipun yang memerintahmu seorang budak Habsyi. Sebab barangsiapa hidup (lama) di antara kamu tentu akan menyaksikan perselisihan yang banyak. Karena itu, berpegang teguhlah pada sunnahku (ajaran Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, red) dan sunnah khulafa’ur rasyidin yang (mereka itu) mendapat petunjuk. Pegang teguhlah ia sekuat-kuatnya. Dan hati-hatilah terhadap setiap perkara yang diada-adakan (dalam agama), karena semua perkara yang diada-adakan itu adalah bid’ah, sedangkan setiap bid’ah adalah sesat (dan setiap yang sesat tempatnya di dalam Neraka).” (HR. Nasa’i dan At-Tirmidzi, ia berkata hadits hasan shahih).
>>>www.salafyciampeabogor.blogspot.com<<<
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga bersabda: “Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah-belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah-belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tempatnya di dalam An-Naar (Neraka) dan satu golongan di dalam Al-Jannah (Surga), yaitu Al-Jama’ah.” (HR. Ahmad dan yang lain. Al-Hafizh Ibnu Hajar menggolongkannya sebagai hadits hasan)

Dalam riwayat lain disebutkan:
“Semua golongan tersebut tempatnya di Neraka, kecuali satu (yaitu) yang aku dan para sahabatku meniti di atasnya.” (HR. At-Tirmidzi, dan di-hasan-kan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam Shahihul Jami’ no. 5219)
Dari hadits-hadits di atas dapat disimpulkan bahwa golongan yang selamat itu hanya satu yaitu golongan yang berpegang teguh dengan sunnah (ajaran) Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dan sunnah khulafaur rasyidin radhiyallahu ‘anhum. Bahkan disebutkan dalam riwayat yang lain, yaitu golongan yang meniti jejak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan para shahabatnya radhiyallahu ‘anhum.
Adapun apa yang sering didengungkan bahwa perselisihan umat itu adalah rahmat berdasarkan sebuah hadits:
ﭐخْتِلاَفُ أُمَّتِي رَحْمَةٌ
“Perselisihan umatku adalah rahmat.”
Hadits tersebut setelah diteliti oleh para ulama ternyata tidak didapati dari mana sumbernya. Bukan sabda Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dan bukan pula perkataan para shahabat radhiyallahu ‘anhum, sehingga tidak bisa dijadikan sandaran, karena tergolong hadits dha’if (lemah) bahkan mungkar.
Dari sisi kandungan, hadits tersebut bertentangan dengan Al-Qur’an dan hadits-hadits yang shahih yang memerintahkan kaum muslimin untuk bersatu dan melarang dari berpecah-belah.
Para pembaca rahimakumullah, bagaimanakah ciri-ciri dan jalan hidup yang ditempuh oleh golongan yang selamat itu? Untuk lebih jelasnya, mari kita ikuti pemaparan tentang manhaj (jalan hidup) yang ditempuh oleh satu-satunya golongan yang selamat tersebut, sehingga kita bisa meniti jejak mereka.
MANHAJ (JALAN HIDUP) GOLONGAN YANG SELAMAT
Yaitu yang terkandung Al-Qur’anul Karim yang diwahyukan Allah subhanahu wa ta’ala kepada Rasul-Nya shallallahu ‘alaihi wasallam, dan beliau jelaskan kepada para sahabatnya radhiyallahu ‘anhum dalam hadits-hadits yang shahih. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan umat Islam agar berpegang teguh dengan keduanya:
“Aku tinggalkan pada kalian dua perkara yang kalian tidak akan tersesat apabila (berpegang teguh) dengan keduanya, yaitu Kitabullah (Al-Qur’an) dan Sunnahku (tuntunan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam).” (Di-shahih-kan oleh Asy-Syaikh Al-Albani dalam kitab Shahihul Jami’)
“Kemudian jika kamu berselisih tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Quran) dan Rasul (sunnahnya/tuntunannya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan Hari Kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibat-nya.” (An-Nisaa’: 59)
“Maka demi Rabbmu, mereka (pada hakikatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu (wahai Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, red) sebagai hakim (penentu keputusan) dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (An-Nisaa’: 65)
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mendahului Allah dan RasulNya dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Al-Hujurat: 1)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata:
“Aku mengira mereka akan binasa. Aku sampaikan (kepada mereka) sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, sedang mereka menimpalinya dengan ucapan Abu Bakar dan Umar.” (HR. Ahmad dan Ibnu ‘Abdil Barr)
Adapun manusia selainnya, betapapun tinggi derajatnya, terkadang ia terjatuh kepada kesalahan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Setiap bani Adam (pernah) melakukan kesalahan, dan sebaik-baik orang yang melakukan kesalahan adalah mereka yang bertaubat.” (Hadits hasan riwayat Imam Ahmad)
Imam Malik berkata, “Tak seorang pun sesudah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam melainkan ucapannya diambil atau ditinggalkan (ditolak), kecuali Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam (yang ucapannya selalu diambil dan diterima).”
Mengesakan Allah dalam beribadah, seperti berdo’a dan memohon pertolongan baik pada masa sulit maupun lapang, menyembelih kurban, ber-nadzar, tawakkal, berhukum dengan apa yang diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan berbagai bentuk ibadah lain yang semuanya menjadi dasar bagi tegaknya Daulah Islamiyah yang benar. Menjauhi dan membasmi berbagai bentuk kesyirikan dengan segala bentuknya yang banyak ditemui di negara-negara Islam, sebab hal itu merupakan konsekuensi tauhid. Dan sungguh, suatu golongan tidak mungkin mencapai kemenangan jika ia meremehkan masalah tauhid, tidak membendung dan memerangi syirik dengan segala bentuknya. Hal-hal di atas merupakan teladan dari para rasul dan Rasul kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Oleh karena itu, mereka menjadi orang-orang asing di tengah kaumnya, sebagaimana disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
“Sesungguhnya Islam pada permulaannya adalah asing dan akan kembali menjadi asing seperti pada permulaannya. Maka keuntungan besar bagi orang-orang yang asing.” (HR. Muslim)
Dalam riwayat lain disebutkan:
“Dan keuntungan besar bagi orang-orang yang asing. Yaitu orang-orang yang (tetap) berbuat baik ketika manusia sudah rusak.” (Asy-Syaikh Al-Albani berkata, “Hadits ini diriwayatkan oleh Abu ‘Amr Ad-Dani dengan sanad yang shahih.“)
Golongan Yang Selamat mengambil fiqih (pemahaman hukum-hukum Islam) dari Al-Qur’an, hadits-hadits yang shahih, dan pendapat-pendapat para imam mujtahidin yang sejalan dengan hadits shahih. Hal ini sesuai dengan wasiat mereka, yang menganjurkan agar para pengikutnya mengambil hadits shahih, dan meninggalkan setiap pendapat yang bertentangan dengannya.
Mereka mengingkari cara-cara bid’ah dalam hal agama yang jauh dari sunnah Rasul shallallahu ‘alaihi wasallam dan para sahabatnya, dan mengingkari sekte-sekte sesat yang memecah belah umat.
Sehingga mereka mendapatkan pertolongan dan masuk Al-Jannah (Surga) dengan anugerah Allah subhanahu wa ta’ala dan syafa’at Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Golongan Yang Selamat mengajak manusia berhukum dengan Kitabullah (Al-Qur’an) yang diturunkan Allah untuk kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat. Allah Maha Mengetahui sesuatu yang lebih baik bagi mereka. Hukum-hukumNya abadi sepanjang masa, cocok dan relevan bagi penghuni bumi sepanjang zaman.
Umat Islam tidak akan jaya dan mulia kecuali dengan kembali kepada ajaran-ajaran Islam dan hukum-hukumnya, baik secara pribadi, kelompok maupun secara pemerintahan. Sebagai realisasi dari firmanNya:
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar-Ra’d: 11)
Berjihad di jalan Allah wajib bagi setiap muslim sesuai dengan kekuatan dan kemampuannya. Jihad dapat dilakukan dengan:
Pertama, jihad dengan lisan dan tulisan: Mengajak umat Islam dan umat lainnya agar berpegang teguh dengan ajaran Islam yang shahih, tauhid yang murni dan bersih dari syirik yang ternyata banyak terdapat di negara-negara Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam telah memberitakan tentang hal yang akan menimpa umat Islam ini. Beliau bersabda:
“Tidaklah terjadi Hari Kiamat hingga kelompok-kelompok dari umatku mengikuti orang-orang musyrik, dan kelompok-kelompok dari umatku menyembah berhala-berhala.” (Hadits shahih, riwayat Abu Dawud, hadits yang semakna ada dalam riwayat Muslim)
Kedua, jihad dengan harta: Menginfakkan harta untuk penyebaran dan peluasan ajaran Islam, mencetak buku-buku dakwah ke jalan yang benar, memberikan santunan kepada umat Islam yang masih lemah imannya agar tetap memeluk agama Islam, memproduksi dan membeli senjata-senjata dan peralatan perang, memberikan bekal kepada para mujahidin, baik berupa makanan, pakaian, atau keperluan lain yang dibutuhkan.
Ketiga, jihad dengan jiwa: Bertempur dan ikut berpartisipasi di medan peperangan untuk kemenangan Islam. Agar kalimat Allah (Laa ilaaha illallah) tetap jaya sedang kalimat orang-orang kafir (syirik) menjadi hina.
Dalam hubungannya dengan ketiga perincian jihad di atas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengisyaratkan dalam sabdanya:
“Perangilah orang-orang musyrik itu dengan harta, jiwa dan lisanmu.” (HR. Abu Dawud, hadits shahih)
Tentunya, jihad dengan jiwa ini haruslah di bawah komando pemerintah. Tidak bisa dilakukan secara individu atau kelompok tertentu.
Demikianlah di antara jalan hidup golongan yang selamat, semoga Allah subhanahu wa ta’ala menjadikan kita termasuk dari mereka, dengan suatu harapan mendapatkan keselamatan dari Allah, baik dalam kehidupan dunia, maupun kehidupan akhirat kelak. Amin.
Sumber:

DAUROH PELAJAR MUSLIM, JATINEGARA JAKARTA TIMUR : “BETAPA AKU MENCINTAIMU -Merajut Tali Kasih nan Diberkahi-” Bersama Ustadz Abul Faruq Ayip Syafruddin (3 FEB 2013)


>>>salafyciampeabogor.blogspot.com<<<
dauroh pelajar jkrt
Bismillah….
Hadirilah Dauroh Pelajar Muslim
“KATAKANLAH BETAPA AKU MENCINTAIMU
(MERAJUT TALI KASIH NAN DIBERKAHI)”
Bersama  Ustadz Ayip Syafrudin Abul Faruq Ayip Syafruddin
(Pengasuh Ma’had Darussalaf Sukoharjo dan Redaksi Ahli Majalah Asysyariah)
Tanggal: 22 Rabi’ul Awwal 1434 H/3 Februari 2013
pukul 14.00-selesai
Masjid Al Hasanah STIS-BPS
Jalan Otto Iskandar Dinata No 64C, Jatinegara, jakarta Timur
Live Streaming di http://salafycileungsi.com/
 info: 089623882280
081310177855
GRATIS UNTUK UMUM
<<<abu yusrina>>>

PACARAN: DULU HARAM, KINI “HALAL”



NO PACARAN1
Oleh: Ustadz ‘Abdul Qadir Abu Fa’izah -Hafizhahullah-
Panjangnya zaman yang yang menyelai antara masa kenabian dengan masa sekarang membuat kebanyakan orang diantara mereka yang melupakan sebagian hukum-hukum syariat sehingga sesuatu yang haram kini berubah menjadi halal dalam penilaian mereka. Sungguh sebuah ironi yang menyayat hati bila kebanyakan diantara kita sudah melupakan batasan dan aturan agamanya.
Semua itu dilatari oleh malasnya kaum muslimin mempelajari Kitabullah dan hadits-hadits Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- serta petunjuk dan jalan hidup para sahabat dalam beragama.Manusia hari ini banyak dilalaikan dari hal itu oleh pengaruh-pengaruh serta jerat-jerat setan dan bala tentaranya.
Parapembaca yang budiman, dulu berpacaran adalah sesuatu yang memalukan dan tabu bagi kebanyakan orang. Karena, masih banyak diantara kita yang mengetahui bahwa pacaran itu adalah pengantar menuju zina. Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
وَلاَ تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلاً [الإسراء/32]
“Dan janganlah kalian mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. dan suatu jalan yang buruk”.
(QS. Al-Israa’ : 32)
>>>www.salafyciampeabogor.blogspot.com<<<
Ini merupakan dalil gamblang yang mengharamkan pacaran.Sebab ia merupakan sarana yang mendekatkan seseorang kepada dosa zina. Alangkah banyaknya orang-orang yang terjerumus dalam zina pada hari ini melalui pintu dan jalan yang kita dengan“pacaran”!!!
Kita saksikan para pemuda kita yang bergampangan dalam berpacaran akhirnya kumpul kebo, selingkuh, berzina, berhubungan intim sebelum nikah.
Bercinta ala pacaran adalah cinta yang diharamkan dalam agama, kecuali antara suami dengan istri yang telah sah dengan ikatan nikah. Pacaran ialah sebuah langkah setan dalam menjerumuskan anak cucu Adam dalam dosa zina. Itulah sebabnya Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- melarang keras salah satu trik pacaran yang kita kenal dengan “berdua-duaan” alias “bersunyi-sunyian”.
وَلاَ يَخْلُوَنَّ رَجُلٌ بِامْرَأَةٍ ؛ فَإِنَّ ثَالِثَهُمَا الشَّيْطَانُ
“Janganlah seorang lelaki berduaan dengan seorang perempuan, karena pihak ketiganya adalah setan”
[HR. Ahmad dalam Al-Musnad (177). Di-shohih-kan oleh Al-Albaniy dalam Ash-Shahihah(430)]
Keindahan dan keceriaan saat berduaan adalah ibarat racun berbalut madu. Sebuah keindahan dan keceriaan yang akan menjerumuskan kita ke dalam jurang kehinaan dan kenistaan. Sungguh muraqabatullah (penjagaan diri karena merasa selalu diawasi oleh Allah) telah hilang dari diri seseorang bila ia berduaan dengan pacarnya!!
Akibatnya setan pun beraksi, lalu disambut oleh orang yang digodanya. Tak ada lagi penghalang di saat berdua.
Kini setan bebas memerintahkan keduanya untuk berbuat mesum!!!
Ia pun menengok ke kanan dan ke kiri pada setiap sudut kamar, lalu mengunci semua pintu dan jendela. Selanjutnya ia melakukan percakapan tentang perkara-perkara yang malu untuk disebutkan di halaman ini.
Dia mengira bahwa mengira bahwa Allah tidak mengetahui, dan melihatmu!!! Demi Allah, tidaklah demikian!!!! Allah mendengar dan melihatnya!!!!
Parapembaca yang budiman, inilah fakta lapangan yang sering kita dengar, baca, atau mungkin menyaksikannya di sekitar kita. Sungguh sebuah kecelakaan, di saat zina beserta pengantar-pengantarnya dianggap perkara yang biasa-biasa saja.
Lebih celaka lagi, media ikut “menghalalkan” pacaran dan zina dengan menampilkan berbagai informasi, kisah, lagu, berita dan lainnya yang menggambarkan kehidupan romantis dan lika-liku para pelaku pacaran dari kalangan para selebriti, baik muslim, maupun kafir.
Semua ini memperkuat usaha mereka dalam menghalalkan sesuatu asalnya adalah haram!! Semua dibungkus dengan rapi dan cantik. Pacaran dikesankan adalah sebuah kemajuan, keindahan, seni, peradaban manusia moderen, dan sederet hiasan baginya!!!
Sementara itu hidup suci, tanpa berpacaran digambarkan dengan konotasi dan gambaran buruk, sehingga para pemuda pun merasa malu dan risih bila hidup bersendirian dan suci dari dosa pacaran. Akibat dari semua itu muncul istilah “jomblo” yang mengandung konotasi buruk bahwa orang yang sendiri tanpa pacar adalah seorang yang lugu, bodoh, kurang kreatif, terbelakang, kurang jantan, tidak hebat, pasif, dan makna-makna buruk lainnya.
Subhanallah, sungguh ini adalah makar setan dalam menjerumuskan manusia dalam perbuatan keji (yakni, zina)!!!
Allah -Azza wa Jalla- berfirman,
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا لَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ وَمَنْ يَتَّبِعْ خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ فَإِنَّهُ يَأْمُرُ بِالْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَوْلَا فَضْلُ اللَّهِ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَتُهُ مَا زَكَا مِنْكُمْ مِنْ أَحَدٍ أَبَدًا وَلَكِنَّ اللَّهَ يُزَكِّي مَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ سَمِيعٌ عَلِيمٌ  [النور/21]
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian mengikuti langkah- langkah syaitan. Barangsiapa yang mengikuti langkah-langkah syaitan, maka sesungguhnya syaitan itu menyuruh mengerjakan perbuatan yang keji dan yang mungkar. Sekiranya tidaklah karena kurnia Allah dan rahmat-Nya kepada kalian sekalian, niscaya tidak seorangpun dari kamu bersih (dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar itu) selama-lamanya, tetapi Allah membersihkan siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Maha mendengar lagi Maha Mengetahui”.
(QS. An-Nuur : 21)
Al-Allamah Abdur Rahman bin Nashir As-Sa’diy -rahimahullah- berkata,
“Maksiat-maksiat merupakan langkah-langkah setan; tak akan keluar dari hal itu. Jadi, larangan Allah bagi para hamba dari berbagai maksiat merupakan nikmat dari Allah yang wajib bagi mereka syukuri dan sebut-sebut. Karena, larangan itu adalah perlindungan bagi mereka terkotori oleh perbuatan-perbuatan rendah dan buruk. Nah, diantara kebaikan Allah kepada mereka, Allah mencegah mereka dari dosa-dosa sebagaimana halnya Dia mencegah mereka dari meminum racun-racun yang mematikan dan sejenisnya”.
[Lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman (hal. 563)]
NO PACARAN3
Sungguh pacaran dan zina adalah dua dosa yang mengotori hati, bahkan mematikannya. Dosa ini telah menjamur di masyarakat Indonesia dan lainnya; mereka mengira pacaran sebagai dosa ringan di mata Allah!!! Dosa ini tak kalah dahsyatnya dibandingkan racun yang memabukkan dan mematikan.
Itulah hikmahnya Allah melarang kita berpacaran dalam ayat 32 dari Surah Al-Israa’ tersebut di atas, demi melindungi kita dari lumuran dosa dan maksiat yang akan mematikan jiwa, bahkan mungkin raga kita, wahai saudaraku!!!!
Coba bayangkan!! Bagaimana kira-kira kehidupan kita di zaman moderen ini bila Allah tak pernah menurunkan wahyu (Al-Qur’an) sejak 15 abad yang lalu. Pasti kehidupan kita persis denganbahimah (hewan ternak)!!! Kalau Allah tidak melarang semua maksiat dalam Al-Qur’an, makan pasti kita akan hidup bebas tanpa aturan yang benar dan kokoh. Tapi syukurlah ada larangan pacaran Al-Qur’an!!
Namun realita yang membuat kita risau, kaum muslimin tidak mengindahkan larang ini. Malah mereka mengikuti langkah-langkah setan dan bala tentaranya dari kalangan Ahlul Kitab dan orang-orang kafir lainnya yang giat menyemarakkan pacaran, untuk selanjutnya menjerumuskan dalam dosa zina.
Inilah keadaan umat Islam hari ini yang pernah diisyaratkan oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sabdanya,
لَتَرْكَبُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ شِبْرًا بِشِبْرٍ ، وَذِرَاعًا بِذِرَاعٍ حَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ دَخَلَ حُجْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمْ ، وَحَتَّى لَوْ أَنَّ أَحَدَهُمْ جَامِعَ امْرَأَتَهُ بِالطَّرِيقِ لَفَعَلْتُمُوهُ
“Sungguh kalian akan mengikuti jejak-jejak umat sebelum kalian sejengkal demi sejengkal, dan sedepa demi sedepa sampai pun andai seorang diantara mereka memasuki lubang biawak, niscaya kalian pun akan memasukinya; sampai pun andai seorang diantara mereka berjimak dengan ibunya di jalan, maka kalian pun ikut melakukannya”.[HR. Al-Hakim dalam Al-Mustadrok (8404). Hadits ini dinilai shohih oleh Syaikh Al-Albaniy dalam Ash-Shohihah(1348)]
Para pembaca yang budiman, zina di akhir zaman ini akan berubah menjadi “halal” di sisi sebagian orang sampai muncul ungkapan yang mungkar, “Yang penting suka sama suka”.
Subhanallah, ini adalah ungkapan yang salah dan mungkar. Sebab ungkapan seperti ini menghalalkan zina yang didasari oleh rasa suka sama suka. Adapun zina yang didasari oleh paksaan, maka ini yang dilarang oleh mereka!!
Padahal syariat telah mengharamkan zina secara mutlak, baik suka sama suka ataupun tidak!!!
Allah -Azza wa Jalla- berfirman saat menyebutkan sederet sifat bagi hamba-hamba Allah yang taat,
وَالَّذِينَ لَا يَدْعُونَ مَعَ اللَّهِ إِلَهًا آَخَرَ وَلَا يَقْتُلُونَ النَّفْسَ الَّتِي حَرَّمَ اللَّهُ إِلَّا بِالْحَقِّ وَلَا يَزْنُونَ وَمَنْ يَفْعَلْ ذَلِكَ يَلْقَ أَثَامًا (68) يُضَاعَفْ لَهُ الْعَذَابُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ وَيَخْلُدْ فِيهِ مُهَانًا (69) [الفرقان/68، 69]
“Dan orang-orang yang tidak menyembah tuhan yang lain beserta Allah dan tidak membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) kecuali dengan (alasan) yang benar, dan tidak berzina, barang siapa yang melakukan yang demikian itu, niscaya dia mendapat (pembalasan) dosa(nya), (yakni) akan dilipat gandakan siksa untuknya pada hari kiamat dan dia akan kekal dalam siksaan itu, dalam keadaan terhina”.
(QS. Al-Furqon : 68-69)
Disini Allah mengancam –secara mutlak- orang yang berzina dengan siksa yang berlipat ganda, tanpa mengecualikan zina yang didasari oleh rasa suka sama suka!! Zina suka sama suka, itulah zina yang diharamkan di dalam agama!!!
Demikianlah zina di zaman ini berusaha dihalalkan oleh sebagian orang dengan dalih yang lebih lemah dibandingkan jaring laba-laba!!!!
Nah, gerakan penghalalan inilah yang pernah disinyalir oleh Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- dalam sabdanya,
لَيَكُوْنَنَّ مِنْ أُمَّتِيْ أَقْوَامٌ يَسْتَحِلُّوْنِ الْحِرَّ وَالْحَرِيْرَ وَالْخَمْرَ وَالْمَعَازِفَ
“Sesungguhnya akan ada beberapa kaum dari ummatku akanmenghalalkan zina, kain sutra, minuman keras (khomer), dan musik”.
[HR. Al-Bukhoriy dalam Kitab Al-Asyribah (5590)]
Ulama Negeri Syam, Syaikh Muhammad Nashiruddin Al-Albaniy-rahimahullah- berkata,
“Sesungguhnya para ulama dan fuqoha -diantaranya empat imam madzhab- sepakat mengharamkan alat-alat musik karena berteladan dengan hadits-hadits Nabi Shollallahu Alaihi wa Sallam dan atsar-atsar Salaf “.
[Lihat Tahrim Alat Ath-Thorb (hal 105)]
Jadi, orang yang menghalalkan musik adalah orang yang mengada-ada atas nama Allah. Seorang ketika menghalalkan atau mengharamkan sesuatu, harus berdasarkan dalil dari Al-Kitab dan Sunnah.
Oleh karena itu, seseorang tak boleh mengada-ada atas nama Allah, “Ini halal, dan itu haram”, lalu tak didasari dengan dalil, hanya dilandasi dengan perasaan. Sebab ini adalah langkah-langkah setan. Allah -Tabaroka wa Ta’ala- berfirman,
وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ (168) إِنَّمَا يَأْمُرُكُمْ بِالسُّوءِ وَالْفَحْشَاءِ وَأَنْ تَقُولُوا عَلَى اللَّهِ مَا لَا تَعْلَمُونَ (169)  [البقرة/168، 169]
“Dan janganlah kalian mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kalian berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kalian ketahui”.
(QS. Al-Baqarah : 169)
Al-Imam Abul Khoththob Qotadah bin Di’amah As-Sadusiy -rahimahullah- berkata,
“Semua maksiat kepada Allah, termasuk langkah-langkah setan”.
[Lihat Tafsir Ibnu Abi Hatim (1/423)-Syamilah]
Kemaksiatan (kedurhakaan) kepada Allah adalah jalan hidup setan. Maksiat itu digunakan oleh setan dalam menjauhkan manusia dari Allah agar banyak diantara manusia yang menemani setan dalam neraka!!!
Di dalam ayat ini, Allah mengabarkan kepada kita bahwa musuh kita ‘setan’ selalu menyuruh kita berbuat buruk. Diantaranya berbuat zina beserta pengantar-pengantarnya!!!
Al-Hafizh Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy -rahimahullah- berkata saat menerangkan ayat di atas,
“Maksudnya, sungguh musuh kalian ‘setan’ memerintahkan kalian untuk melakukan perbuatan-perbuatan buruk, sedang perbuatan buruk yang paling berat adalah perbuatan keji, seperti zina dan sejenisnya (seperti, homoseks,- pen.). Perbuatan buruk yang lebih parah lagi dari itu adalah berucap atas Allah tanpa ilmu. Jadi, masuk di dalamnya setiap orang kafir dan juga ahli bid’ah”.
[LihatTafsir Al-Qur'an Al-Azhim (1/479)  karya Ibnu Katsir, cet. Dar Thoybah, 1420 H]
Oleh: Ustadz ‘Abdul Qadir Abu Fa’izah -Hafizhahullah-
SUMBER: http://pesantren-alihsan.org/dulu-haram-kini-halal.html

Kertas Mulia yang Berserakan


>>>www.salafyciampeabogor.blogspot.com<<<abu yusrina<<<

buku
Di beberapa masjid dan sekolah atau di sebagian rumah penduduk dan tempat lain, sering kami saksikan adanya lembaran dan kertas mulia yang bertuliskan ayat, hadits Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam-, atau nama-nama Allah dan dzikir.
Nah, bagaimanakah sikap yang benar? Untuk sikap yang benar kita dengarkan tanya-jawab di bawah ini bersama Syaikh Abdul Aziz bin Baaz -rahimahullah-.
Pertanyaan : “Terkadang kami temukan ayat yang tertulis di atas sebuah kertas tercecer di tanah. Terkadang juga kami merasa tak memerlukan kertas yang di dalamnya tertulis “basmalah” atau ayat-ayat lain. Apakah cukup kami robek atau dirobek. Kalau aku robek, maka apakah disana ada dosa bila debunya beterbangan?”
Al-Allamah Asy-Syaikh Abdul Aziz bin Baaz An-Najdi -rahimahullah- menjawab,
الجواب : الواجب إذا كان هناك آيات في بعض الأوراق ، أو البسملة ، أو غير ذلك مما فيه ذكر الله ، فالواجب أن يحرق أو يدفن في أرض طيبة ، أما إلقاؤه في القمامة فهذا لا يجوز لأن فيه إهانة لأسماء الله وآياته ، ولو مزقت; فقد تبقى كلمة الجلالة أو الرحمن أو غيرها من أسماء الله في بعض القطع ، وقد تبقى بعض الآيات في بعض القطع. والمقصود أن الواجب إما أن يحرق تحريقا كاملا وإما أن يدفن في أرض طيبة ، مثل المصحف الذي تمزق وقل الانتفاع به; يدفن في أرض طيبة ، أو يحرق ، أما إلقاؤه في القمامات ، أو في أسواق الناس أو في الأحواش فلا يجوز. ولا يضر تطاير الرماد إذا أحرق.
“Kewajiban kita, jika disana ada ayat-ayat yang terdapat pada sebagian kertas ataukah ada bacaan “basmalah”nya atau selainnya di antara perkara yang di dalamnya terdapat dzikrullah. Jadi, kewajiban kita adalah merobeknya dan menanamnya di dalam tanah yang baik (bersih). Adapun membuangnya dalam tong sampah, maka ini tidak boleh!! Karena, di dalamnya terdapat perendahan terhadap nama-nama dan ayat-ayat Allah. Andai anda merobeknya saja, maka tetaplah kalimat jalalah (الله) atau ar-rahman dan selainnya diantara nama-nama Allah pada sebagian potongan-potongan kertas itu. Terkadang juga sebagian ayat tetap ada pada sebagian potongan itu. Tujuannya bahwa kewajiban kita, entah kertas itu dirobek keluruhannya atau ditanam dalam tanah yang baik, seperti mush-haf yang telah robek dan sudah kurang pengambilan manfaatnya; iniditanam saja dalam tanah yang baik atau dibakar. Adapun membuangnya di tong sampah atau di pasar manusia atau di tempat terbuka, maka ini tak boleh. Terbangnya debu tidaklah membahayakan (yakni, tak masalah), jika telah dibakar”. [LihatFataawa Nur ala Ad-Darb (1/390-391/no. 181)]
Disadur dari: www.darussalaf.or.id

KISAH PENCULIKAN SEORANG GADIS SMP DI RIYADH

>>>sumber:https://aruhuriyya.wordpress.com/2012/01/10/%E2%80%8Ekisah-penculikan-seorang-gadis-smp-di-riyadh/#comment-225<<<www.salafyciampeabogor.blogspot.com<<<<


KISAH PENCULIKAN SEORANG GADIS SMP DI RIYADH

>>>abu yusrina<<<
Kisah ini disampaikan oleh seorang guru Qur`an Doktorah Raawiyah…
Sebelum mengakhiri pelajaran seperti biasa beliau selalu menyelipkan beberapa nasihat,tapi kali ini nasihatnya adalah kisah nyata yang terjadi di Riyadh.
“Yaa Akhwaat apa telah sampai berita kepada kalian tentang penculikan seorang gadis mutawasithah (SMP) sepekan lalu?”
Dan tidak ada satu pun dari kami mengetahui berita tersebut…
“Baiklah yaa Akhwaat, akan ku ceritakan kepada kalian bagaimana itu terjadi…
Siang ba’da Dzuhur si gadis pulang sekolah, karena jarak sekolah dan rumahnya dekat seperti biasa dia memilih jalan kaki. Ternyata kebiasaannya pulang sekolah dengan berjalan kaki ini sudah lama diketahui oleh seorang pemuda. Maka terbersitlah dalam pikirannya untuk menculik gadis tersebut…dan… berhasil!!!
Tak seorang pun yang melihatnya ketika menyekap si gadis dan memasukkannya ke “syanthoh sayyarah”(bagasi mobil) kemudian menguncinya…

Sang pemuda membawa gadis malang itu ke daerah Tsumamah.
Kalian sendiri tau Tsumamah di waktu siang seperti itu?! Ada siapa disana?! Bisa dipastikan hanya orang kesasar ataw tidak punya pekerjaan yang ada disana di waktu siang. Hanya Allah yang tau apa yang hendak diperbuat pemuda tersebut terhadap si gadis.Turunlah si pemuda dengan dengan kunci di tangannya,ingin cepat2 melihat “hasil tangkapannya”. Dengan gembira dimasukkannya kunci dan diputarnya, tapiii… ada apa??? bagasi tidak bisa terbuka??? Dicobanya terus dan teruuus….. Tapi…percuma, adzan ashar sudah berkumandang…
Sang pemuda sudah mulai dihinggapi rasa takut dan “heran” yang sangat…
Bisa-bisa si gadis mati karena tidak menghirup udara,maka dicobanya lagi dan lagi…
Sang pemuda sudah putus harapan, bagasi tetap terkunci rapat. Sementara malam sudah membayangi…
Dengan perasaan takut dan pasrah sang pemuda memacuh mobilnya ke bengkel terdekat, berharap disana ada jalan untuk membuka bagasi mobilnya dan menyelamatkan nyawa si gadis..
.Di bengkel hal yang sama terjadi. Semua cara sudah dilakukan oleh pekerjanya…
Terakhir sang pemuda memanggil polisi dan melaporkan hal tersebut. Sekarang yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana supaya gadis itu bisa diselamatkan…
Oleh polisi diputuskan supaya bagasi dilubangi dengan di las, tapi ajaib…., las pun tidak mampu melubangi bagasi…
Maka semua sepakat memanggil seorang Mutawwa’(Syaikh). Oleh Syaikh bagasi dibacakan ayat-ayat ruqyah kemudian dibuka dengan kunci…
Ajaib…, sekali putar bagasi langsung terbuka…
Dan didapati si gadis dalam keadaan selamat dan tidak terjadi apapun atas dirinya…
Subhanallah… Tercenganglah semua orang dibuatnya…
Maka Syaikh bertanya kepadanya : ‘Wahai bint… ceritakanlah kepada kami apa yang telah engkau lakukan sampai Allah menjagamu dengan penjagaan seperti ini?’ Jawabnya singkat :‘Sesungguhnya aku tidak pernah meninggalkan Dzikir Pagi dan Petang’.
Semoga kisah ini bisa menjadi cambuk bagi kita untuk senantiasa berusaha mengamalkan dzikir pagi dan petang dan tidak lagi menyia nyiakannya..
Dan hanya kepada Allah lah kita memohon Taufiq dan Hidayah.

Inilah Alasan Mengapa Aku Enggan Berjilbab


Inilah Alasan Mengapa Aku Enggan Berjilbab

>>>Sumber dari : www.http://aruhuriyya.wordpress.com/2011/03/13/inilah-alasan-mengapa-aku-enggan-berjilbab/<<<abu yusrina : www.salafyciampeabogor.blogspot.com<<<

Saudaraku yang semoga Allah merahmatimu..

Aku tuliskan catatan ini wahai saudaraku, bukan karena aku lebih baik darimu..
Atau bukan karena aku paling baik diantara kalian..

Sungguh, semata-mata ku lakukan karena aku peduli padamu. Karena kau saudaraku dan aku mencintai kebaikan bagimu sama seperti aku mencintai kebaikan untuk diriku sendiri. Dan barangkali kau pernah mendengar, bahwa agama ini adalah nasihat. Maka aku menasihati diriku sendiri yang utama kemudian kau, saudaraku di jalan Allah.

Bagiku hijab adalah suatu kebaikan yang teramat berharga. Ia merupakan kebanggaanku,kehormatankukemuliaanku, juga ciri khas serta identitasku sebagai seorang Muslimah. Maka dengan mengharap keridhaan dari Rabb-ku Yang Maha Mulia lagi Maha Tinggi, aku menghendaki agar kebaikan yang kurasakan bersama hijab ini dapat pula kau rasakan.

Aku sampaikan begini sebab aku tidak ingin kemudian kau berkata di belakangku, “Mengapa orang ini mencampuri urusanku?! Ini hidupku dan aku yang menjalaninya. Berjilbab atau tidak biarlah urusanku dengan Tuhanku saja!”
Tidak, aku tidak menginginkan kalimat tersebut terucap dari lisanmu. Aku katakan kembali bahwa aku tidak memiliki keinginan untuk mencampuri urusanmu. Aku hanya menginginkan bagimu kebaikan sebagaimana aku menginginkan kebaikan untuk diriku.

Semoga Allah memberiku hidayah demikian pula bagimu..

Dibawah ini kutulis beberapa alasan para wanita Muslimah, mengapa mereka enggan menutupi auratnya, padahal telah datang pada mereka kabar dari Tuhan-nya bahwa mengenakan jilbab adalah wajib.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman yang artinya,

“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Ahzab: 59]

Perhatikanlah saudaraku, barangkali satu diantaranya adalah pernyataan yang menjadi alasanmu juga.

Pertama,
“.. ah, yang terpenting bagiku adalah hati, bukan penampilan! Apakah berjilbab ataukah tidak”

Betulkah begitu saudaraku? Betulkah bahwa penampilan atau hal yang tampak merupakan sesuatu yang kurang begitu penting bagimu?

Baiklah, bantulah dirimu untuk mengingat apa yang telah kau lakukan sejak pagi tadi. Bukankah pagi tadi kau membersihkan tubuhmu, memakai pakaian bagus, lalu memoles wajahmu dengan blush ondan lipstick berwarna peach, kemudian memberikan sedikit hair mask pada rambutmu, dan tak lupa menyemprotkan parfum lalu keluar menuju kampus atau tempat kerjamu. Kau akan pergi setelah menilai penampilanmu oke. Bukankah hal tersebut menandakan bahwa sebenarnya penampilan teramat penting bagimu?

Well, aku anggap kau telah sependapat denganku, bahwa baiknya hati sangat penting. Namun penampilan zahir (tampak) pun sangatlah penting.

Selanjutnya aku kutipkan padamu sebuah hadits yang mulia dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam,

“ Ingatlah bahwa sesungguhnya dalam jasad itu ada segumpal daging apabila baik gumpalan tersebut maka baiklah jasad tersebut dan sebalikya apabila rusak maka rusaklah jasad tersebut ingatlah bahwa itu adalah hati”
Perhatikanlah wahai saudaraku..
Bahwa ternyata baiknya hati dan baiknya jasad (penampilan) berbanding lurus, tidak mungkin kau mengambil salah satu dan mengenyampingkan yang lainnya. Jadi jika hatimu baik, maka akan baik pula jasad atau penampilanmu. Dan menutup auratmu dengan mengharap ridha Allah merupakan sebuah amalan zahir (tampak) yang sangat agung dan merupakan salah satu upaya untuk memperbagus penampilanmu. Tentunya merupakan sebuah kewajiban dari Rabb-mu Yang Maha Kuasa tanpa bisa kau negosiasikan kembali.

Kesimpulannya, tidak mungkin kau melakukan amalan batin sedang tidak diiringi dengan amalan zahir. Dan sesungguhnya seorang yang jujur dalam keimanannya untuk memperbaiki hatinya, pastilah tidak akan melewatkan untuk melakukan ketaatan kepada Allah yakni berhijab dan memperbaiki jasadnya (amalan zahir).
Kedua
“Aku lihat banyak sekali orang yang berjilbab namun akhlak mereka buruk. Dan ditempat lain banyak kawan-kawanku yang tidak memakai jilbab namun mereka baik..”
Jadi itulah yang membuatmu enggan berjilbab wahai saudaraku? Dan kau memilih menjadi seperti kawan-kawanmu yang tidak mengenakan jilbab namun mereka telah baik menurutmu?

Aku katakan padamu bahwa aku mengenal seseorang yang baik padaku namun dia adalah seorang pecandu alkohol. Apakah itu menunjukkan bahwa aku mesti menjadi seorang alcoholic?

Lalu akupun memiliki teman-teman dari kalangan Nasrani, Hindu dan Budha, beberapa dari mereka gemar memberi, suka menolong, dan sikap mereka sangat baik kepada manusia meski tidak seagama dengan mereka. Apakah hal tersebut kemudian membuatku mengatakan “Aku memilih menjadi seperti mereka. Menjadi seorang yang beragama Nasrani, Hindu atau Budha sebab mereka sangat baik”

Ketiga
“Jujur, aku khawatir kelak susah mendapatkan jodoh dengan jilbab yang ku kenakan”
O dear..  cobalah bertanya begini pada dirimu sendiri,
“Laki-laki seperti apa yang ku inginkan untuk dinikahi”
“Ayah yang bagaimana yang aku inginkan untuk anak-anakku kelak?”
Pikirkanlah untuk menjawab pertanyaan tersebut..
Saudaraku, apakah kau ingin menikah dengan laki-laki yang hanya ingin mencari pasangan dengan gaya rambut menarik dan betis yang mulus?

Dimana laki-laki tersebut tidak akan berpikir sedikitpun untuk menikahi wanita yang membungkus tubuhnya dengan jilbab sebab yang menarik hatinya adalah para wanita yang gemar berganti gaya rambut dan mempertontonkan setengah dadanya. Benarkah laki-laki seperti demikian yang kau inginkan untuk menikah denganmu?

Allah subhanahu wata’ala berfirman dalam tanzil-Nya,
“…wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah untuk wanita-wanita yang keji pula, dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik pula…” [An-Nuur: 26]

Subhanallah..
Kau punya waktu untuk merenungkannya kembali dengan pikiranmu yang jernih saudaraku..

Tidakkah kau inginkan seorang laki-laki shalih?

Bukankah kau pernah mengatakan bahwa kau menginginkan suamimu kelak yang dapat menjadi seorang Imam bagimu dan anak-anakmu?

Seorang laki-laki yang dapat membimbingmu dan mengarahkanmu kepada kebaikan..

Seorang laki-laki yang menjaga kehormatanmu dan kehormatan keluargamu..

Seorang laki-laki yang memuliakanmu..

Seorang laki-laki yang memiliki tekad kuat untuk mengamalkan ayat Allah yang mengatakan:
“Jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka..” [Lihat At-tahrim ayat 6]

Bukankah kau menginginkan seorang laki-laki yang menjadi teladan baik bagi anak-anakmu kelak?

Bukankah kau pernah bercita-cita memiliki keluarga yang sakinah, mawaddah warrahmah?

Jawablah pertanyaanku..
Bagaimana bisa kau mendapatkan apa yang kau ingini dan kau cita-citakan dari seorang laki-laki yang hanya menginginkan keindahan tubuh wanita untuk dipamerkan, yang bahkan tidak memiliki cukup iman untuk menyukai jilbab bagi istrinya??
Keempat
“Aku pun khawatir akan sulit mendapatkan pekerjaan  dan sulit untuk berkarir.”
Saudaraku, tidak pernahkah kau memperhatikan seekor burung?
Dia terbang pada pagi harinya meninggalkan sangkarnya, kemudian tidak lama kembali pada keluarganya dan membawakan mereka makanan.

Lalu siapakah Dzat yang memberi burung-burung tersebut rizki dari langit?

Aku yakin kau akan menjawab “Allah-lah Meha Pemberi Rizki”

Apakah kau berpikir bahwa Allah memberi rizki pada burung-burung tersebut dan tidak memberi rizki kepadamu?

Apakah kau berpikir bahwa Allah Ta’ala zalim?

Apakah kau akan berpikir bahwa Allah memerintahkan sesuatu untukmu kemudian Dia menyulitkanmu?

Bahwa Dia memerintahkanmu untuk berjilbab lalu membiarkanmu hidup di dunia tanpa memperoleh rizki?

Apa yang kau khawatirkan wahai saudaraku?

Perhatikanlah kalam Allah berikut,
“Tidak ada satu makhluk melatapun di muka bumi kecuali Allah yang menanggung rezekinya, dan Dia yang mengetahui tempat berdiamnya dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam Kitab yang nyata (Lauh mahfuzh)” [Huud : 6]

Saudaraku, aku berdoa kepada Allah agar melembutkan hati-hati kita..

Barangkali saat ini angan-anganmu terhadap dunia begitu tinggi..
Kau bercita-cita begini..  berambisi itu.. ingin menjadi begini dan begitu..
Kau ingin agar sukses di dunia kemudian melakukan sebab dan upaya agar tercapai keinginanmu tersebut. Namun sudahkah kau berpikir dan bercita-cita untuk kehidupanmu di akhirat nanti?

Maka akan kau jawab, “Tentu saja sista! Siapa-lah yang tidak ingin mencapai kesuksesan di akhirat?!”

Lalu sejauh mana upayamu dalam menggapai kesuksesan dan kebahagiaan tersebut wahai saudaraku?

Kau diam.

Bahkan kau ingin mendapatkan surga dalam keadaan enggan untuk taat kepada Rabb-mu? Enggan untuk berjilbab?

Kau berpikir untuk mengejar dunia, padahal sesungguhnya dunia akan berpaling darimu, membelakangimu serta mengkhianatimu. Sebab dunia pastilah akan musnah. Sedang akhirat, itulah negeri yang kekal dan abadi. Maka bagaimana kau mengejar sesuatu yang akan musnah dan membelakangi sesuatu yang kekal?

Alangkah indah nasihat dari Hasan Al-Bashri yang mengatakan.
“Permisalan antara dunia dan akhirat adalah seperti timur dan barat. Semakin engkau dekat pada satu sisi, semakin jauh engkau pada sisi yang lainnya.”
Saudaraku yang semoga Allah memberkahimu..

Sungguh, bukanlah aku menasihatimu untuk melupakan dan membelakangi dunia. Sebaliknya aku menasihati diriku sendiri kemudian kau agar bersemangat dalam memperoleh apa-apa yang bermanfaat bagi kita, baik di dunia maupun di akhirat.

“Bersemangatlah memperoleh sesuatu yang bermanfaat begimu dan mintalah pertolongan kepada Allah. Serta jangan merasa lemah.” (HR. Muslim)

Dan agar bersemangat dalam menatap masa depan.
Disebabkan masa depan dunia memiliki ujung dan tidak kekal, maka akan sangat adil bagi kita untuk memilih memprioritaskan masa depan yang lebih cemerlang, menjanjikan, serta abadi. Tiada lainakhirat.

Allah Al-Ghaniy, Yang Maha Kaya berfirman dalam kalam-Nya yang mulia,

“Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan ke luar. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya”. Dan barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya”. [Ath-Thalaq: 2-4]
Tersenyumlah saudaraku sebab Allah Ta’ala telah berjanji padamu dalam keadaan kau mengetahui bahwa janji Allah adalah benar.

Tersenyum lalu hiburlah lagi dirimu dengan hadits yang mulia berikut,

“Barang siapa yang Akhirat menjadi harapannya, Allah akan menjadikan rasa cukup di dalam hatinya serta mempersatukannya, dan dunia akan datang kepadanya dalam keadaan putuh dan hina. Tetapi siapa yang dunia menjadi harapannya. Allah akan menjadikan kefakiran  berada dii depan matanya serta mencerai-beraikannya, dan dunia tidak akan datang  kepadanya kecuali sekedar apa yang telah ditetapkan baginya.” [HR. Tirmidzi]

Saudaraku, aku berharap kau tidak lagi khawatir akan rizki dan duniamu. Dan semoga hal ini tidak lagi menjadi alasanmu mengapa enggan berjilbab. Allah saja-lah Yang Memberi taufiq.

Kelima
“Pelan-pelan, aku ingin menjilbabi hatiku terlebih dahulu..”
Aku tersenyum. Sebab pernyataan inilah yang paling sering kau jadikan pelurumu dalam menyangkal nasihat-nasihat kawanmu tentang jilbab. Seringkali ku dengar para wanita mengucapkan ini dengan senyum mengembang dan rasa puas.

Aku bertanya padamu saudaraku, apa yang kau maksudkan dengan “menjilbab i”?

Apakah maksud dari menjilbabi olehmu adalah mensucikanmembersihkan, memperbaiki bagitu?

Baiklah aku ambil kesimpulan bahwa saat ini kau tengah berupaya memperbaiki, membersihkan dan mensucikan hatimu.

Lalu bagaimana upayamu sejauh ini?
Apa yang tengah kau lakukan untuk memperbaiki dan mensucikan hatimu tersebut?

Saudaraku, semoga Allah memperbaiki urusanmu..

Aku beri tahu sesuatu yang sangat penting untuk kau ketahui. Bahwa mensucikan hati dan menjadikannya bersih dari segala kotoran dan penyakit tidaklah dapat ditempuh kecuali dengan beberapa sebab seperti meninggalkan perbuatan-perbuatan yang diharamkan oleh Allah, melakukan ketaatan dan memperbanyak bertaubat kepada-Nya.

Allah Ta’ala berfirman,
“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman hendaknya mereka menundukkan pandangan mereka dan menjaga kehormatannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.” [An-Nur: 30]

Allah Subhanahu wa Ta’ala mengatakan di dalam ayat ini bahwa sucinya hati itu terjadi setelah menundukkan pandangan dan menjaga kehormatan, yaitu menundukkan pandangan dari yang diharamkan Allah Ta’ala.

Barangsiapa hendak mensucikan qalbunya maka ia harus mengutamakan Allah dibanding keinginan dan nafsu jiwanya.(Ibnul Qayyim)

Dan wahai saudaraku, dengan apa kau dapat menundukkan pandangan serta menjaga kehormatanmu jika bukan dengan berhijab?

Maka kau telah keliru dalam berpandangan dan mengambil sikap. Kau mengira dengan menunda berjilbab dan melakukan apa yang kau sebut dengan upaya menjilbabi hati adalah sebuah cara yang sudah benar, ternyata sebaliknya. Cobalah kau berpikir lagi, bagaimana mungkin kau dapat mensucikan hatimu, sedang tidak kau tempuh sebuah upaya yang berarti. Yang bahkan kau menunda-nunda kebaikan dan enggan untuk memenuhi perintah Rabb-mu. Lalu dengan tersenyum kau berkata“Aku ingin menjilbabi hati dulu..”. Tidakkah hal tersebut sia-sia belaka?

Saudaraku, tempuhlah sebab-sebabnya serta berlapang dadalah. Sungguh, mengenakan jilbab dan menjaga kehormatanmu itulah cara tepat untuk menjilbabi hati.


Keenam
“Yang penting aku shalat 5 waktu, berpuasa pada Ramadhan dan mengeluarkan zakat!”

Ya, kau benar saudaraku. Shalat, berpuasa dan mengeluarkan zakat adalah amalan-amalan yang agung dan termasuk kedalam kewajiban utama sebagai Muslim. Sebab islam dibangun dengan 5 rukun yang 3 diantaranya apa yang telah kau sebutkan tadi bukan? Kau pasti menghapal rukun tersebut.

Namun tentu kau mengetahui betul bahwa syariat Islam yang telah Allah turunkan dengan Hikmah danKeadilan-Nya ini bukanlah sebatas perkara shalat atau puasa saja.




Kau tahu bahwa perintah mengenakan jilbab adalah nyata tertulis didalam Kitabullah Al Karim. Bahwa tidak ada pertentangan dari zaman dahulu hingga sekarang antara para ulama tentang wajibnya menutupi aurat. Jika kau mendengar ada tokoh-tokoh yang menyerukan bahwa berjilbab tidaklah wajib, maka yakinlah bahwa mereka sejatinya tidak menginginkan syariat Allah melainkan mempertuankanhawa nafsu-nya . Berdoalah kepada Allah agar dijauhkan dari kesesatan mereka.

Dan aku katakan padamu bahwa tidaklah Allah turunkan perintah dan larangan bagi hamba-hamba-Nya kecuali Dia menghendaki kemudahan, kebaikan dan keselamatan.

Dalam Kitab-Nya yang mulia, Ar Rahman berfirman yang artinya,

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya..” [An-Nur: 31]

“Hai nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu, dan istri-isteri orang mukmin: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, Karena itu mereka tidak di ganggu. dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” [Al-Ahzab: 59]

Maka khawatirlah wahai saudaraku, jika jiwamu condong kepada menerima syariat Allah yang satu lalu menolak syariat yang lainnya. Khawatirlah dengan ucapanmu yang enggan berjilbab dengan mengatakan, “Yang terpenting aku shalat, puasa, dan berzakat..”
Khawatirlah sebab Allah telah mencela Bani Israil, dengan sebab mereka melakukan sebagian perintah dan meninggalkan sebagian yang lain.

“…Apakah kamu beriman kepada sebahagian AI-Kitab (Taurat) dan ingkar terhadap sebahagian yang lain? Tidaklah balasan bagi orang-orang yang berbuat demikian daripadamu, melainkan kenistaan dalam kehidupan dunia, dan pada hari Kiamat mereka dikembalikan kepada siksa yang sangat berat, Allah tidak lengah dari apa yang kamu perbuat” [Al-Baqarah: 85]


Ketujuh
“Jilbab membatasi kebebasan saya!”

Bagimu jilbab membatasi kebebasanmu, namun bagiku sebaliknya. Eye Shadowlipstickshort dress, dan high heels lah yang sama sekali telah membatasi kebebasanku.

Lalu aku bertanya, apa definisi kebebasan menurutmu?

Barangkali kau hendak mengatakan bahwa kebebasan adalah “Ketika aku bebas melakukan apapun yang aku ingin lakukan”.
Demi Allah, bukan itu yang Rabb-mu kehendaki wahai saudaraku..

Kebebasan adalah dalam melakukan hal yang benar, bukan melakukan apapun yang ingin kau lakukan!

Saudaraku kau seorang Muslimah. Dan kau beriman kepada kitab Allah. Maka hal yang semestinya kau lakukan adalah berbangga dengan identitas seorang muslimah yakni hijab. Manakala orang-orang selainmu yakni kaum kafir berbangga dengan hot pant dan bikini maka kau berbangga jilbabmu. Tidakkah kau berpikir bahwa ini istimewa?
Hal isitimewa yang dikehendaki oleh Pencipta-mu untukmu, yang tidak dikehendaki oleh wanita-wanita kafir.

Bahwa Dia menghendaki kemuliaan bagimu. Semakin kau menutup rapat auratmu, maka semakin tinggi harga dirimu sebagai wanita. Semakin tinggi kehormatanmu. Dan ini adil sekali.

Aku sampaikan sebuah hadits shahih dari Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam, bahwa beliau bersabda,

“Sesungguhnya di antara apa yang didapati manusia dari ucapan nabi-nabi yang terdahulu adalah ‘Apabila engkau tidak malu, maka lakukan apa pun yang engkau mau’.”

Lagi-lagi “malu” menjadi tolok ukur seseorang dalam banyak perbuatannya. Bahwa orang yang menginginkan untuk berbuat sesuka hati menandakan kurang sekali rasa malunya.

Benarlah apa yang dikatakan seorang sahabat, Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu,
“Malu dan iman itu senantiasa ada bersama-sama. Bila hilang salah satu dari keduanya, hilang pula yang lainnya.”

Dan benar sekali bahwa kau bebas untuk melakukan apa yang kau mau. Kau bebas berbuat, berpikir, berucap. Kau bebas memilih beragama ataukah tidak. Kau bebas memutuskan ingin menjilbabi tubuhmu atau tidak. Kau bebas melangkahkan kakimu kemana saja kau inginkan.

“If you feel no shame, then do as you wish”

Dan jangan putus mengingat bahwa Tuhanmu pun bebas membuat perhitungan denganmu.


Kedelapan
“Ya, aku tahu bahwa jilbab itu wajib bagi setiap wanita Muslim, namun aku betul-betul belum siap. Aku khawatir jika jika dipaksakan, nantinya akan on-off dalam memakainya”
Aku nasihatkan pertama-tama untukku kemudian engkau wahai saudaraku agar memperbanyak memohon ampun dan memohon hidayah kepada Rabb At Tawwab dan Al Haadii, Rabb Yang Maha Penerima Taubat serta Maha Pemberi Petunjuk. Berharaplah semoga dengan begitu Allah melembutkan hati-hati kita dan memudahkan kita dalam melakukan ketaatan.

Sungguh jika kau ketahui wahai saudaraku, perintah yang Allah tujukan bagimu dan kau enggan melaksanakannya maka siapakah yang kelak merugi? Apakah Dia, Allah Yang Maha Suci akan merugi??

Saudaraku, bahkan jika seluruh makhluk dari generasi pertama hingga generasi terakhir kalangan jin dan manusia mendurhakai Allah hingga taraf  kedurhakaan paling tinggi, maka tidaklah hal tersebut mengurangi kemuliaan Allah sedikitpun. Allah tidak pernah rugi sama sekali.

Maka semestinya kau mengetahui bahwa yang rugi adalah dirimu sendiri. Allah tidaklah memaksamu memilih jalan hidupmu. Bahkan kau bebas berbuat sekehendak hatimu. Dia hanya menolongmu agar kelak kau selamat. Sebab Dialah yang menghisabmu nanti.

Dan wahai saudaraku yang semoga Allah memuliakanmu..

Aku percaya kau memiliki kepercayaan diri untuk berdiri dan mengatakan:
“Aku yakin bisa memulai untuk menempatkan perintah Allah di atas keinginan atau kekhawatiranku sendiri. Dengan pertolongan-Nya aku percaya dapat melakukannya ‘Kami dengar dan kami taat’.”

Ketahuilah, apabila niatmu benar dan ada kesungguhan atasnya maka dengan pertolongan Allah, Dia-lah yang akan memberimu kesiapan dan kemantapan, tanpa perlu kau katakan,  “..nanti saja jika sudah mantap..”
Dia pulalah yang akan memberimu keistiqamahan. Tanpa perlu ragu dan mengatakan, “..nanti saja, khawatir jilbab-nya on-off”

Kesembilan
“Suatu hari nanti aku pasti berjilbab, tidak sekarang..!”

Semoga Allah memberi hidayah dan taufiq kepada kita..

Andaikan sahabat karibmu saat ini meneleponmu kemudian berkata “Nonton yuk!”, maka kemungkinan besar kau akan menjawab dengan bersemangat “yuk…kapan?? “

Lihatlah begitu semangatnya kau bersegera untuk melakukan sesuatu demi kesenangan duniamu. Sedangkan untuk kesenangan di akhiratmu kau mengatakan “..tidak sekarang!”

Saudaraku, beritahu aku apa yang kau maksudkan dengan suatu hari nanti PASTI?
Jangan katakan bahwa kau dapat meramal masa depanmu dimana kau mengataka,
“Hari itu.. aku pasti memakai jilbab!”

Semoga Allah memberimu kecerdasan. Kau tahu bahwa seorang yang cerdas adalah yang paling banyak mengingat pemutus kelezatan (maut). Cobalah berpikir untuk meluangkan sedikit waktumu demi mengingat kematian. Sebab yang pasti terjadi adalah hari dimana kau mati.

Kau tidak pernah tahu kapan dan di bumi mana kau akan diwafatkan. Maka berpikirlah kembali sebelum mengatakan, “.. tidak sekarang, biarlah suatu saat nanti.”

Bahkan saudaraku, kau tidak pernah tahu apakah esok hari kau masih diberi kesempatan oleh Rabb-mu menuju tempat kerjamu dengan gaya rambut terbaru.

Kesepuluh
“Hidayah belumlah sampai kepadaku..”
Saudaraku, apabila kau menginginkan sebuah sepatu baru, anggaplah kau pernah melihatnya di sebuah swalayan di kotamu. Kemudian kau duduk di rumahmu tanpa mengupayakan sesuatu berupa uang yang cukup dan usahamu untuk membeli sepatu tersebut lantas kau mengatakan, “Aku berharap sepatu dambaanku tersebut tiba dirumahku secepatnya.” Apakah kau berpikir sepatu tersebut akan benar-benar datang padamu?

Sungguh hidayah terlalu mahal untuk kau tunggui tanpa mengupayakan sesuatu yang berarti saudaraku..

Sesuai dengan usaha yang engkau berikan,
maka engkau akan mendapatkan apa yang engkau angan-angankan.
Bahwa “Allah memberikan hidayah kepada siapa yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.”[Al-Baqarah: 213]

Namun hidayah perlu untuk dipinta. Bahkan wajib bagi setiap hamba Allah untuk meminta hidayah kepada-Nya.
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman dalam hadits qudsi yang artinya,

“Wahai hamba-hambaKu, kalian semua sesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian.”

Maka lakukanlah sesuatu yang berarti wahai saudaraku!

Bersemangatlah untuk memperbanyak meminta hidayah dan taufiiq kepada Allah Azza wajalla, serta tempuhlah sebab agar semakin dekat dengan-Nya. Sungguh melakukan ketaatan dan amalan shalih serta berupaya menjauhi hal-hal yang diharamkan Allah merupakan suatu upaya yang sangat berarti untuk memperoleh hidayah yang kau dambakan tersebut.

Sebagai penutup, izinkanlah aku mengutip sebuah nasihat indah dari seorang mantan petinju dunia,Muhammad Ali kepada putrinya Hana. Barangkali saja semakin menambah motivasimu untuk tidak menunda berhijab. Semoga Allah menjagamu..

“Hana, segala sesuatu ciptaan Allah yang berharga di muka bumi ini senantiasa tertutup dan sulit untuk didapatkan. Di manakah engkau menemukan berlian? Jauh di dalam tanah, tertutup dan terlindungi. Di manakah engkau menemukan mutiara? Jauh di dasar samudera, tertutup dan terlindungi dalam sebuah cangkang yang keras. Di manakah engkau menemukan emas? Jauh di dalam tanah yang ditambah, tertutup oleh banyak lapisan batuan… Engkau harus bekerja keras untuk mendapatkannya.”

Ia memandang dengan tatapan mata yang serius.

“Demikian pula tubuhmu. Jauh lebih berharga dari pada berlian dan mutiara, maka engkau juga harus mengenakan hijab agar tertutup.”

Hanya kepada Allah aku meminta agar menjadikan kita semua sebagai kunci-kunci pembuka kebaikan dan penutup kejelekan, dan tidak ada daya serta upaya kecuali dengan pertolongan Allah.

Wallahu Ta’ala A’lam

Allah Saja-lah yang memberi taufiiq

[AUDIO]: Nilai Sebuah Keikhlasan

Rekaman –  AUDIO KAJIAN  Kajian Islam Ilmiyyah Tanjung Priok  Ahad, 03 Rabi’ul Awwal 1440H / 11 November 2018M   Masjid Raya al-H...