TIGA LANDASAN AKHLAQ MULIA
Oleh: Abu Umar Al Bankawy
Setelah kita mengetahui bagaimana berakhlaq yang baik
terhadap Sang Khaliq, sekarang kita akan beralih ke pembahasan bagaimana
berakhlaq baik kepada sesama makhluq.
Para ulama, di antaranya Al Hasan Al Bashri mengatakan
bahwa akhlaq yang baik terhadap mahluk berputar pada tiga perkara pula, yaitu:
كَفُّ اْلأَذَى ، وَبَذْلُ النَّدَى، وَطَلاَقَةُ الْوَجْهِ
1. Menahan dari gangguan (Kafful Adzzaa)
2. Suka membantu (Badzlun Nada)
3. Wajah yang berseri (Thalaqatul Wajh)
Pertama: Menahan dari gangguan (Kafful Adzzaa)
Maknanya adalah bahwa seseorang menahan dirinya dari
mengganggu orang lain, baik itu gangguan yang berhubungan dengan harta, jiwa,
maupun kehormatan. Orang yang tidak bisa menahan dirinya dari mengganggu orang
lain, maka ia tidak mempunyai akhlaq yang baik, dan ia berakhlaq jelek. Ketika
berlangsungnya Haji Wa’da (Haji Perpisahan) Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam bersabda sejumlah besar umat beliau,
فَإِنَّ دِمَاءَكُمْ وَأَمْوَالَكُمْ وَأَعْرَاضَكُمْ
عَلَيْكُمْ حَرَامٌ كَحُرْمَةِ يَوْمِكُمْ هَذَا فِي شَهْرِكُمْ هَذَا وفِي
بَلَدِكُمْ هَذَا
“Sesungguhnya darah kalian, harta kalian
serta kehormatan kalian haram atas kalian sebagaimana keharaman hari kalian
ini, pada bulan kalian ini, di negeri kalian ini.” (HR. Al Bukhari dan Muslim)
Jika seseorang berbuat aniaya kepada manusia dengan
melakukan pengkhianatan, atau berbuat aniaya dengan memukul, dan kejahatan,
atau berbuat aniaya kepada manusia dalam kehormatannya, atau mencela, atau
ghibah, maka hal ini tidak termasuk berakhlaq baik kepada manusia, karena ia
tidak menahan diri dari mengganggu orang lain. Dan dosanya semakin besar
manakala perbuatan aniaya itu dilakukan kepada seseorang yang mempunyai hak
paling besar dari Anda.
Misalnya jika seseorang berbuat jahat kepada kedua
orangtua, maka dosanya lebih besar, dan akan lebih besar daripada dosa
perbuatan jahat kepada selain mereka. Perbuatan jahat kepada karib kerabat
lebih besar dosanya daripada dosa perbuatan jahat kepada orang yang lebih jauh
hubungan kekerabatannya. Perbuatan jahat kepada tetangga lebih besar dosanya
dari perbuatan jahat kepada selain tetangga. Karena itu Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
وَاللهِ لاَ يُؤْمِن، وَاللهِ لاَ يُؤْمِن ، وَاللهِ لاَ
يُؤْمِن
“Demi Allah, tidaklah beriman! Demi
Allah, tidaklah beriman! Demi Allah, tidaklah beriman!”
Para sahabat bertanya, “Siapa yang tidak beriman wahai
Rasulullah?”
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab,
مَنْ لاَ يَأْمَنُ جَارُهُ بِوَائِقِهِ
“Orang yang tetangganya tidak merasa aman
dari kejahatannya”.
2. Suka Membantu/Dermawan (Badzlun Nada)
Makna “Badzlun Nada” adalah bersikap dermawan dan suka
membantu. Kedermawanan di sini tidaklah seperti yang dipahami oleh sebagian
orang bahwa terbatas pada harta saja. Tapi yang dimaksud kedermawanan di sini
adalah mendermakan jiwa, kedudukan, dan harta. Jika kita melihat
seseorang memenuhi kebutuhan manusia, membantu mereka, menyebarkan ilmu di
antara manusia, mendermakan hartanya kepada manusia, maka kita pun akan
mensifati orang tersebut sebagai orang yang berakhlaq baik, karena ia adalah
seorang yang dermawan dan suka menolong. Oleh karena itu Nabi shallallahu
‘alaihi wasallam bersabda,
“Bertaqwalah kepada Allah di manapun
engkau berada. Ikutilah perbuatan jelek dengan perbuatan baik, niscaya
perbuatan baik itu akan menghapuskan perbuatan jelek. Dan bergaul-lah dengan
manusia dengan akhlaq yang baik.” (HR. Ahmad, At Tirmidzi dan Ad Darimi)
Dan termasuk dalam sifat ini adalah jika Anda dianiaya atau
dipergauli dengan perbuatan buruk, maka Anda pun memberi maaf. Sungguh Allah
telah memuji orang-orang yang memaafkan kesalahan manusia, Allah berfirman
tentang penghuni surga,
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ
الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
“(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan
(hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan
amarahnya dan memaafkan kesalahan orang lain. Allah menyukai orang-orang yang
berbuat kebajikan.” (Ali Imran:134)
Allah ta’ala berfirman,
وَأَنْ تَعْفُوا أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى
“Dan jika kalian memaafkan maka itu lebih
dekat kepada takwa.” (Al Baqarah: 237)
وَلْيَعْفُوا وَلْيَصْفَحُوا
“Hendaklah mereka memaafkan dan berlapang
dada.” (An Nur: 22)
فَمَنْ عَفَا وَأَصْلَحَ فَأَجْرُهُ عَلَى اللَّهِ
“Maka barangsiapa memaafkan dan berbuat
baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah” (Asy Syuura: 40)
Dalam berhubungan dengan sesama manusia, seseorang pasti
akan mengalami suatu gangguan. Maka dalam menghadapi menghadapi seperti ini,
hendaknya dia memaafkan dan berlapang dada. Dan hendaknya ia berkeyakinan kuat
bahwa sikap pemaaf dan lapang dada serta berharap untuk mendapatkan balasan
kebaikan kelak di akhirat bisa merubah permusuhan antara dia dengan saudaranya
menjadi kasih sayang dan persaudaraan.
Allah ta’ala berfirman,
وَلا تَسْتَوِي الْحَسَنَةُ وَلا السَّيِّئَةُ ادْفَعْ بِالَّتِي هِيَ
أَحْسَنُ فَإِذَا الَّذِي بَيْنَكَ وَبَيْنَهُ عَدَاوَةٌ كَأَنَّهُ وَلِيٌّ
حَمِيمٌ
“Dan tidaklah sama kebaikan dan
kejahatan. Tolaklah kejahatan itu dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba
orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi
teman setia.” (Al Fushilat: 34)
Ketiga: Wajah yang Berseri (Thalaqatul Wajh)
Yaitu seseorang selalu berwajah ceria, tidak bermuka masam.
Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
لا تَحْقِرنَّ مِنَ المَعرُوفِ شَيئاً وَلَوْ أنْ تَلقَى
أخَاكَ بِوَجْهٍ طَليقٍ
“Janganlah meremehkan sesuatu kebaikan
sekecil apapun, walaupun engkau berjumpa dengan saudaramu dengan wajah
berseri-seri.” (HR. Muslim)
Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhu pernah ditanya tentang apa
itu kebaikan. Beliau menjawab, “Kebaikan itu adalah wajah yang ceria dan lisan
yang lembut.”
Berwajah ceria akan memasukkan kegembiraan pada manusia,
mendatangkan rasa kasih sayang dan cinta, mendatangkan kelapangan dalam hati,
bahkan mendatangkan rasa lapang dada bagi Anda sendiri dan orang-orang yang
Anda temui. Sebaliknya, jika Anda bermuka masam, maka manusia akan menjauh dari
diri Anda. Mereka tidak akan suka untuk duduk bersama dan bicara dengan Anda.
Dan bisa jadi karena ini Anda ditimpa stress dan tekanan jiwa. Wajah yang ceria
dan berseri adalah obat yang mencegah dari penyakit stress atau tekanan jiwa.
Tahukah Anda kalau para dokter menasehati orang yang
ditimpa penyakit stress untuk untuk menjauhi dari perkara-perkara yang bisa
memicu amarah, karena amarah hanya akan menambah tekanan jiwanya? Sebaliknya
wajah yang ceria akan mengobati penyakit ini, karena orang-orang di sekitar
Anda akan mencintai Anda dan Anda menjadi mulia di sisi mereka. Ini adalah tiga
landasan akhlaq mulia, di mana pada tiga hal inilah berkisar sikap berakhlaq
baik dalam bermuamalah dengan mahluk yaitu:
1. Menahan dari gangguan (Kafful Adzzaa)
2. Suka membantu (Badzlun Nada)
3. Wajah yang berseri (Thalaqatul Wajh)
Semoga bisa bermanfaat. Wallahu a’lam bisshawab.
(bersambung)
REFERENSI:
- MAKAARIMUL AKHLAQ KARYA ASY SYAIKH MUHAMMAD BIN SHALIH AL UTSAIMIN