بسم الله الرحمن الرحيم
Sebab Kelemahan Kaum Muslimin
(Pelajaran dari Tragedi Palestina)
Sejatinya kaum muslimin adalah umat yang
kuat dan mulia, berwibawa dan disegani oleh orang-orang kafir.
Sebagaimana hal ini dengan jelas ditunjukkan dalam sejarah Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam, para sahabat radhiyallahu’anhum dan beberapa generasi umat Islam setelahnya yang tetap konsisten dalam berpegang teguh dengan Sunnah.
Bahkan sebulan sebelum Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam dan pasukannya sampai di tempat musuh,
Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menjadikan dalam hati musuh rasa takut
dan gentar terhadap kaum Muslimin. Dalam hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
نُصِرْتُ بِالرُّعْبِ مَسِيرَةَ شَهْرٍ
“Aku ditolong (oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala) dengan kegentaran pada musuh dari jarak sebulan perjalanan.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Namun apa yang kita saksikan hari ini,
sungguh jauh kenyataan kaum muslimin dari kejayaan Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu’anhum.
Sehingga sangat layak untuk kita bertanya-tanya, masihkah kita berjalan
di atas jalan yang benar dalam beragama, yang dengan sebab itulah Allah
Subhanahu wa Ta’ala memuliakan dan menolong kaum muslimin!?
Tragedi Palestina saat ini dengan korban
lebih dari 1000 kaum muslimin yang meninggal dan lebih dari 5000 orang
terluka akibat pembantaian kaum Yahudi (1), pada saat yang sama milyaran
kaum muslimin yang tersebar dari tanah Arab sampai ke seluruh dunia,
tidak ada yang mampu untuk menyelamatkan saudara-saudaranya di bumi
Palestina dengan segera. Dan ini hanyalah salah satu gambaran dari
akibat kelemahan kaum Muslimin.
Lalu dimanakah kini Umar bin Khattab yang dulu membebaskan Palestina dari tangan pasukan kuffar!? Dimanakah panglima Khalid bin Walid dan Sa’ad Bin Abi Waqqash!?
Dimanakah para pahlawan yang dibina oleh Rasulullah shallallahu’alaihi
wa sallam yang konsisten dengan sunnah beliau!? Adakah diantara kita
yang masih mengikuti jalan mereka!?
Padahal, kalau kita mau melihat kembali
kepada Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, sesungguhnya
beliau shallallahu’alaihi wa sallam telah menjelaskan hakikat kelemahan
dan terhinanya kaum Muslimin serta solusi untuk kembali kuat dan mulia.
Dalam hadits Tsauban radhiyallahu’anhu, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
يُوشِكُ الأُمَمُ أَنْ تَدَاعَى عَلَيْكُمْ
كَمَا تَدَاعَى الأَكَلَةُ إِلَى قَصْعَتِهَا. فَقَالَ قَائِلٌ وَمِنْ
قِلَّةٍ نَحْنُ يَوْمَئِذٍ قَالَ )بَلْ أَنْتُمْ يَوْمَئِذٍ كَثِيرٌ
وَلَكِنَّكُمْ غُثَاءٌ كَغُثَاءِ السَّيْلِ وَلَيَنْزِعَنَّ اللَّهُ مِنْ
صُدُورِ عَدُوِّكُمُ الْمَهَابَةَ مِنْكُمْ وَلَيَقْذِفَنَّ اللَّهُ فِى
قُلُوبِكُمُ الْوَهَنَ فَقَالَ قَائِلٌ يَا رَسُولَ اللَّهِ وَمَا
الْوَهَنُ قَالَ حُبُّ الدُّنْيَا وَكَرَاهِيَةُ الْمَوْتِ
“Hampir-hampir ummat-ummat (yang kafir)
menguasai kalian seperti berkerumunnya orang-orang memperebutkan
makanan”. Maka berkatalah seseorang, “Apakah karena sedikitnya kita
(kaum Muslimin) ketika itu?” Beliau bersabda, “Bahkan kalian pada waktu
itu banyak jumlahnya, akan tetapi kalian seperti buih banjir, dan Allah
menghilangkan kewibawaan kalian dari hati-hati musuh kalian serta
melemparkan ke dalam hati-hati kalian kelemahan”. Maka berkata
seseorang, “Wahai Rasulullah apakah penyebab kelemahan tersebut?” Beliau
bersabda, “Cinta dunia dan benci pada kematian”.” (HR. Abu Daud, 4/4299, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shohihah, no. 958)
Dari hadits ini kita dapat mengambil
pelajaran bahwa, diantara sebab kehinaan kaum muslimin adalah kecintaan
kepada dunia. Sehingga dengan sebab itu, lalailah mereka dari mengingat
Allah Ta’ala, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya, bahkan
terkalahkan kecintaan mereka kepada Allah Ta’ala oleh kecintaan kepada
dunia.
Al-Imam Ibnul Qoyyim rahimahullah
berkata, “Tidak akan masuk ke dalam hati seseorang kecintaan kepada
Allah Ta’ala jika ada dalam hatinya kecintaan kepada dunia, kecuali
seperti masuknya onta ke lubang jarum (yakni mustahil).” (Al-Fawaid, hal. 98)
Juga dalam hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhuma, Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam bersabda:
إِذَا تَبَايَعْتُمْ بِالْعِينَةِ
وَأَخَذْتُمْ أَذْنَابَ الْبَقَرِ وَرَضِيتُمْ بِالزَّرْعِ وَتَرَكْتُمُ
الْجِهَادَ سَلَّطَ اللَّهُ عَلَيْكُمْ ذُلاًّ لاَ يَنْزِعُهُ حَتَّى
تَرْجِعُوا إِلَى دِينِكُمْ
“Jika kalian telah melakukan jual beli dengan cara ‘inah
dan kalian memegang ekor-ekor sapi, ridho dengan pertanian dan
meninggalkan jihad, maka Allah Ta’ala akan menimpakan kehinaan atas
kalian. Dia tidak akan mengangkat kehinaan tersebut dari kalian, sampai
kalian kembali kepada agama kalian.” (HR. Abu Daud, 3/3464, dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Ash-Shohihah, no.11)
Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah
berkata, “Dalam hadits ini terdapat penjelasan tentang solusi dan obat
atas musibah yang menimpa kaum muslimin berupa kehinaan yang telah
menguasai seluruh kaum muslimin. (Tidak ada yang selamat dari kehinaan
ini) kecuali sedikit dari mereka yang senantiasa berpegang teguh dengan
agama.
Sungguh Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam telah menjelaskan dalam hadits ini penyakit yang menimpa kaum
muslimin yang dengan sebab itu Allah Ta’ala menghinakan mereka, kemudian
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menjelaskan kepada mereka obat
dan jalan selamat dari kehinaan tersebut”.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menjelaskan dalam hadits ini tiga sebab kehinaan kaum muslimin.
Pertama: Melakukan jual beli dengan cara ‘inah
Ini adalah salah satu bentuk jual beli
yang terlarang dalam Islam karena mengandung riba’ di dalamnya. Padahal
betapa banyak praktek-praktek riba’ yang kini merebak di tengah-tengah
kaum muslimin. Diantara yang paling banyak tersebar adalah riba’ qordh, yaitu riba’ dalam hutang piutang yang distilahkan dengan “bunga”,
yaitu seorang meminjam dengan syarat dikembalikan melebihi dari jumlah
pinjamannya, atau seorang pemberi pinjaman mengambil manfaat dari
piutang yang dia berikan kepada peminjam. Bahkan bentuk riba’ seperti
ini dilegalkan dalam lembaga-lembaga keuangan di banyak negeri kaum
muslimin.
Dan yang penting untuk dipahami –sebagaimana yang dijelaskan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah- bahwa Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam menyebutkan jual beli dengan cara ‘inah
ini hanyalah sebagai contoh, bukan pembatasan. Yaitu satu contoh dari
sekian banyak pelanggaran syari’at dan perkara-perkara haram yang
dilakukan oleh kaum muslimin.
Padahal masih banyak
penyimpangan-penyimpangan dalam agama yang dilakukan oleh kaum muslimin
hari ini yang lebih besar dosanya dari riba’. Seperti mendatangi
kuburan-kuburan untuk berdoa kepada para penghuni kubur tersebut,
mempercayai perdukunan dan peramalan dan lain-lain yang termasuk
kekufuran dan kesyirikan kepada Allah Ta’ala. Maka bagaimana mungkin
kaum muslimin akan ditolong oleh Allah Tabaraka wa Ta’ala.
Asy-Syaikh Al-‘Utsaimin rahimahullah dalam Al-Qoulul Mufid ‘ala Kitabit Tauhid
menjelaskan diantara hikmah yang bisa dipetik dari kisah dipukulnya
pasukan kaum muslimin pada perang Uhud dengan satu pukulan yang keras
oleh kaum musyrikin adalah karena ketidaktaatan pasukan pemanah terhadap
satu saja perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, yaitu untuk
tetap berada di atas bukit.
Namun mereka turun dari bukit tersebut
karena mengira kaum muslimin telah menang dan mereka lupa dengan
perintah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam. Maka bagaimana mungkin
pada hari ini kaum muslimin akan menang melawan orang-orang kafir dalam
keadaan mereka tidak mentaati banyak sekali perintah Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam!?
Oleh karenanya, solusi dalam hadits ini
sungguh sangat mencocoki keadan kaum Muslimin hari ini yang banyak
menyelisihi perintah Allah Ta’ala dan Rasul-Nya shallallahu’alaihi wa
sallam, yakni kembali kepada agama Allah Ta’ala, bukan kembali (secara
langsung) ke medan jihad, tetapi persiapan keimanan dan juga persiapan
fisik.
Terkhusus untuk masalah Palestina, para Ulama Ahlus Sunnah di zaman ini seperti Asy-Syaikh Bin Baz dan Asy-Syaikh Al-Albani rahimahumallah
telah menasihatkan kaum muslimin Palestina sejak lama agar mereka
berdamai dangan Yahudi atau mereka hijrah ke tempat yang lebih aman.
Agar dengan adanya perjanjian damai tersebut atau dengan hijrahnya
mereka ke tempat aman, maka mereka lebih punya kesempatan untuk
menyiapkan kekuatan keimanan dan kekuatan fisik untuk berjihad melawan
Yahudi dan juga demi menjaga keselamatan jiwa-jiwa kaum muslimin yang
belum siap melawan kekuatan Yahudi yang didukung oleh kekuatan kafir
Internasional dan telah terbukti sebelumnya tidak mampu dikalahkan oleh
koalisi Arab sekalipun.
Sebagaimana strategi ini pernah digunakan
oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam tatkala beliau
shallallahu’alaihi wa sallam berdamai dengan kaum musyrikin, orang-orang
yang lebih buruk aqidahnya dari Yahudi, yaitu pada perjanjian
Hudaibiyah,.
Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam
juga melakukan hijrah ke Madinah meninggalkan kota Makkah, bumi yang
lebih mulia dari bumi Palestina. Meninggalkan masjid Al-Haram yang lebih
mulia dari masjid Al-Aqsho, semua itu demi mempersiapkan kekuatan kaum
muslimin dengan kekuatan iman dan kekuatan fisik.
Namun sangat disayangkan, nasihat para Ulama Ahlus Sunnah, oleh hizbiyyun
(fanatikus golongan) malah dituduh sebagai sikap lemah dan tunduk
kepada Yahudi, bahkan lisan-lisan jahat mereka sampai menuduh para ulama
Ahlus Sunnah sebagai antek-antek Zionis yang tidak mengerti waqi’ (realita), yang ilmunya hanya sebatas pembahasan haid dan nifas, kata mereka.
Maka terjadilah apa yang terjadi pada
hari-hari ini. Membuktikan kepada kita, para Ulama Ahlus Sunnah, dengan
ilmu yang mereka miliki lebih mengerti tentang fiqhul waqi’ dari pada kalian wahai hizbiyyun harokiyyun!
Kedua: Kesibukan mengumpulkan harta dunia yang melalaikan dari kewajiban beribadah kepada Allah Ta’ala
Hal ini diungkapkan dengan kinayah oleh Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, “Jika kalian telah memegang ekor-ekor sapi dan ridho dengan pertanian”.
Inilah sesungguhnya salah satu sebab kehancuran kaum muslimin, ketika
mereka lalai dari sebagian bahkan seluruh kewajiban mereka dalam
beribadah kepada Allah Ta’ala disebabkan karena kesibukan mengejar dunia
yang sedikit ini dan berlomba-lomba dalam kemewahan, padahal Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam telah mengingatkan:
مَا الفَقْرَ أخْشَى عَلَيْكُمْ ،
وَلكِنِّي أخْشَى أنْ تُبْسَط الدُّنْيَا عَلَيْكُمْ كَمَا بُسِطَتْ عَلَى
مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ ، فَتَنَافَسُوهَا كَمَا تَنَافَسُوهَا ،
فَتُهْلِكَكُمْ كَمَا أهْلَكَتْهُمْ
“Bukanlah kefakiran yang aku takuti
menimpa kalian, akan tetapi yang aku takutkan adalah dibentangkannya
dunia atas kalian sebagaimana telah dibentangkan atas umat sebelum
kalian, maka kalianpun berlomba-lomba mengejar dunia sebagaimana mereka
melakukannya, sehingga dunia membinasakan kalian sebagaimana telah
membinasakan mereka.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ketiga: Meninggalkan jihad
Perkara ini juga hanyalah merupakan
contoh dari berbagai kewajiban agama yang banyak ditinggalkan oleh kaum
muslimin. Sedangkan kewajiban agama yang paling tertinggi adalah
mentauhidkan Allah Subhanahu wa Ta’ala, dengan beribadah hanya
kepada-Nya, mengikhlaskan agama hanya bagi-Nya dan menjauhi segala macam
bentuk kesyirikan dan kekufuran.
Maka ketika penyakit-penyakit ini telah
mewabah dalam tubuh kaum Muslimin, Allah Subhanahu wa Ta’ala menimpakan
kehinaan kepada mereka sebagai akibat dari kezaliman mereka sendiri.
Namun Allah Subhanahu wa Ta’ala yang Maha Penyayang dan Maha Hikmah,
melalui lisan Nabi-Nya yang mulia shallallahu’alaihi wa sallam,
sesungguhnya telah menjelaskan solusi untuk kembali kepada kejayaan kaum
muslimin dan terangkatnya kehinaan ini dengan, “Kembali kepada agama-Nya”.
Sedangkan ajaran agama yang diinginkan
Allah Subhanahu wa Ta’ala untuk kita kembali kepadanya bukanlah yang
telah disimpangkan oleh kelompok-kelompok sesat, tetapi agama yang
diturunkan-Nya kepada Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam, yang
kemudian dipahami dengan baik dan diamalkan oleh para sahabat radiyallahu’anhum. Yaitu ajaran yang bersumber dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dengan pemahaman para sahabat radiyallahu’anhum (2).
Hal ini ditegaskan dalam hadits Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam:
وَإِنَّ بَنِي إِسْرَائِيل تَفَرَّقَتْ
عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّة , وَتَفْتَرِق أُمَّتِي عَلَى ثَلَاث
وَسَبْعِينَ مِلَّة , كُلّهمْ فِي النَّار إِلَّا مِلَّة وَاحِدَة ,
قَالُوا : مَنْ هِيَ يَا رَسُول اللَّه ؟ قَالَ : مَا أَنَا عَلَيْهِ
وَأَصْحَابِي “
“Sesungguhnya Bani Israil telah berpecah
menjadi 72 golongan, dan ummatku akan berpecah menjadi 73 golongan,
semuanya di neraka kecuali satu”. Para sahabat bertanya, “Siapakah
mereka wahai Rasulullah?” Beliau bersabda, “Yang mengikuti aku dan para sahabatku”.” (HR. At-Tirmidzi, no. 2641, dihasankan Asy-Syaikh Al-Albani dalam Al-Misykah, no.171 pada tahqiq kedua)
Hadits ini juga menjelaskan sebab dan
solusi atas perpecahan umat Islam, bahwa perpecahan umat dikarenakan
ketika sebagian mereka mengikuti selain jalannya Rasulullah
shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu’anhum.
Maka solusinya adalah kembali ke jalan tersebut. Jadi, persatuan yang
Allah Ta’ala inginkan adalah persatuan di atas kebenaran, tidak sekedar asal ngumpul.
Oleh karenanya, wajib bagi kita untuk
kembali kepada agama Allah Ta’ala, yaitu dengan kembali mempelajari dan
mengamalkan ilmu Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah shallallahu’alaihi wa
sallam dengan pemahaman As-Salafus Shalih (yaitu generasi Rasulullah shallallahu’alaihi wa sallam dan para sahabat radhiyallahu’anhum).
Wallahul Musta’an.
(Penjelasan hadits kedua, yakni hadits Ibnu Umar radhiyallahu’anhuma disarikan dari makalah Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullah yang berjudul, “Asbaabu Tasalluthidz Dzulli ‘alal Muslimin [filisthiina-mitsaalan]”, sebab-sebab tertimpanya kehinaan atas kaum muslimin -Palestina sebagai misal- dari www.sahab.net).
Footnote:
1) Ini adalah salah satu pembantaian terparah yang dialami ummat Islam di Palestina di Gaza pada akhir tahun 2009, setelah pembantaian tersebut Gaza masih diboikot sampai hari ini, bulan Juni 2010. Wallahul Musta’an wa ilaihil Musytaka
2) Inilah jawaban kami terhadap hizbiyun yang mempertanyakan kenapa Ahlus Sunnah “mempersoalkan” aqidah dan manhaj kaum muslimin di Palestina secara khusus dan di seluruh dunia secara umum dalam keadaan mereka sedang mengalami pembantaian Yahudi. Sebab penyimpangan aqidah dan manhaj adalah sebab utama lemahnya kaum muslimin hari ini, maka tidak ada solusinya kecuali kembali kepada aqidah dan manhaj yang haq, karena hal tersebut adalah syarat mutlak meraih pertolongan Allah Ta’ala.
1) Ini adalah salah satu pembantaian terparah yang dialami ummat Islam di Palestina di Gaza pada akhir tahun 2009, setelah pembantaian tersebut Gaza masih diboikot sampai hari ini, bulan Juni 2010. Wallahul Musta’an wa ilaihil Musytaka
2) Inilah jawaban kami terhadap hizbiyun yang mempertanyakan kenapa Ahlus Sunnah “mempersoalkan” aqidah dan manhaj kaum muslimin di Palestina secara khusus dan di seluruh dunia secara umum dalam keadaan mereka sedang mengalami pembantaian Yahudi. Sebab penyimpangan aqidah dan manhaj adalah sebab utama lemahnya kaum muslimin hari ini, maka tidak ada solusinya kecuali kembali kepada aqidah dan manhaj yang haq, karena hal tersebut adalah syarat mutlak meraih pertolongan Allah Ta’ala.
Sumber :
Nama Blog: موقع أبي عبد الله سفيان خالد بن إدهام روراي السلفي الأندونيسي
Blog URL: http://nasihatonline.wordpress.com
Blog URL: http://nasihatonline.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar