Oleh: Al-Ustadz Abu Nasiim Mukhtar
"Iben" Rifai La Firlaz
Asalkan ada
usaha nyata!!!
Selagi kita
tidak berjalan di tempat atau hanya berputar-putar di lorong labirin, pastinya
akan berakhir dengan senyum bahagia.Tidak ada manusia yang sempurna ....
Masing-masing terlahir dengan cacat dan cela .., lalu hidup di dunia dengan
menyandang dosa .., setelah wafatnya, hanya rahmat Allah saja yang bisa
menyelamatkannya.
Belajar dan
berlatih .., hanya sebatas itu yang bisa kita lakukan. Janganlah berandai-andai ada langkah
yang lain! Kita harus terus
belajar dan tidak kenal lelah untuk berlatih .., Hasil dari belajar dan
berlatih hanya bisa kita titipkan melalui jaringan doa tak terputus kepada Ar
Rahman .., Semoga saja Dia memudahkan kita untuk mengecap manisnya keberhasilan
dari belajar dan berlatih kita. Amin
Kisah kecil
namun sangat inspiratif sekali!
Mudah-mudahan
kisah kecil ini bisa membangkitkan energi besar dan agung dari diri kita. Semoga saja kisah kecil ini mampu
memotivasi kita untuk tetap terus berjuang dalam menggapai ilmu mengendapkan
Rasa.
Kisah ini
tentang seorang gubernur kota Madinah di masa keemasan Islam. Nama lengkapnya Al Walid bin Utbah bin
Abi Sufyan bin Harb. Oleh
pamannya, Amirul Mukminin Mu'awiyah bin Abi Sufyan yang berkedudukan di Syam,
Al Walid ditunjuk dan diangkat sebagai gubernur Madinah. Sebuah pilihan yang tepat! Sebab Al Walid dikenal dengan
kesalehan, kebaikan dan kemuliaan.Bahkan beberapa kali Al Walid memperoleh
amanat sebagai Amirul
Hajj (pimpinan tertinggi jama'ah haji).
Oleh Ibnu
Abbas, wajah Al Walid digambarkan bagaikan selembar kertas halus.Sebuah
gambaran akan kelembutan dan kehalusan yang terpancar dari wajah beliau.Jika
kita ibaratkan dengan air, pasti wajah Al Walid dapat dilukiskan ibarat
permukaan air yang tenang, tanpa riak dan gelombang.
Barangkali
berbeda dengan wajah kita yang penuh dengan lipatan-lipatan masam nan cemberut. Ini bukan masalah tampan ataukah
tidak. Bukan pula karena
keindahan wajah atau bukan. Sekalipun
kurang tampan, wajah yang selalu dihiasi oleh sinar binar kelembutan tentu
sangat efisien di hati ... Wajah kita berada pada jenis yang mana?
<<www.salafyciampeabogor.blogspot.com>> |
Tindakan
fenomenal diambil oleh Al Walid pada hari-hari pertama dalam jabatannya sebagai
seorang gubernur. Orang-orang
yang dikenai hukuman penjara dibebaskan olehnya.Tentu grasi dari Al Walid
diperuntukkan bagi mereka yang telah melihat tanda-tanda taubat dan
penyesalannya selama menjalani hukuman penjara.
Langkah
fenomenal lainnya adalah melunasi hutang-hutang yang ditanggung oleh warga kota
Madinah. Luar biasa bukan, Teman? Bayangkan saja, betapa bersukacita
warga Madinah yang saat itu sedang terhimpit dan terlilit oleh hutang. Semua dibayar dan dilunasi oleh Al
Walid Rahimahullah ta'ala
Bayangkan saja
wajah dan cara berbicara Al Walid!
Ibnu Abbas
melukiskannya untuk kita;
"Al Walid
memandang dan memperhatikan ke arah kami dengan pandangan penuh kelembutan ...
lebih lembut dari air. Al Walid
berbicara dan berbicang-bincang dengan kami dengan menyusun kata-kata manis ...
lebih manis dari buah yang sudah matang "
Tidakkah kita
harus belajar dan berlatih lagi? Untuk
melihat, berbicara dan mendengar dengan cara-cara yang elok dan elegan, jauh
dari kesan angkuh dan sombong? Sebab
kita semua sama-sama makhluk ciptaan Nya. Hanya
tingkat takwa yang membedakan derajat kita di hadapan Nya ... Siapapun akan
senang dan bangga jika bersahabat dengan seorang teman yang sedemikian elok
sikapnya. Tentu kita selalu
bermimpi memiliki seorang teman yang seperti itu ... Namun, sudah siapkah kita,
jika ada seseorang berharap agar kita lah yang menjadi temannya yang penuh
kebaikan itu?
Subhaanallah! Sudah pada tataran tinggi ilmu
mengendapkan Rasa yang dipunya Al Walid bin Utbah!
Ibnu Abbas
pernah diundang makan siang oleh Al Walid. Seorang
budak milik Al Walid datang menyajikan jamuan makan siang.Sebuah talam berisi
makanan dibawa oleh si anak tersebut.
Brakk!!! Budak itu terpeleset jatuh. Talam berisi jamuan makan siang ikut
tumpah di pangkuan Al Walid ... Si anak segera berdiri mematung, tidak bergerak
sama sekali.Seakan-akan tubuhnya tidak lagi bernyawa ... Entah hukuman apa yang
akan dijatuhkan Gubernur Al Walid untuknya, pikir budak itu.Kejadian semacam
itu tentu membuat malu seorang tuan rumah!
Sang budak
masih saja berdiri mematung.
Apa yang
dilakukan oleh Al Walid?
Al Walid
kemudian bangkit berdiri-masih selalu dalam kelembutan dan ketenangan luar
biasa-, lalu masuk ke dalam rumah.
Ternyata Al
Walid mengganti pakaiannya yang telah kotor oleh siraman makanan dari talam
itu. Dengan wajah berseri-seri,
Al Walid keluar menuju ruang makan siang. Sama
sekali tidak terbekas rasa marah, sesal atau kecewa di permukaan wajah beliau
yang tenang.
"Sepertinya
... aku telah membuat dirimu merasa ketakutan, bukan? Sejak hari ini, engkau dan anak-anakmu
aku bebaskan dari status budak dan kalian menjadi orang-orang merdeka ... demi
mengharap wajah Allah ", demikian Al Walid dengan penuh rasa sayang
mengucapkan kata-kata di atas kepada sang budak miliknya.
Duh ... duh ..
duuuh ... sungguhkah ada kejadian semacam itu? Ada dan benar-benar ada!!!
Bagaimana
dengan kita selama ini? Sudah
berapa kali kita tak mampu meredam amarah? Sudah
berapa orang yang menjadi korban amukan emosi tak terkendali kita? Banyak sahabat dan orang-orang yang
kita cinta mungkin telah terluka dengan sikap kita yang masih saja bergejolak
tak terkekang?
Allahumma
inni Astaghfiruka wa atuubu iLAiK
Barangkali
sumpah serapah telah mengalir deras dari lisan kita, jika saja kejadian itu
menimpa kita. Mungkin saja kita
tidak akan bisa melupakan kejadian memalukan semacam itu. Namun ... hal itu tidak berlaku bagi
Al Walid bin Utbah bin Abi Sufyan.Semoga Allah merahmati beliau.
Smoga saja
jalan terbentang masih ada untuk kita agar bisa menjadi hamba yang berusaha
memperbaiki diri. Sekalipun tidak
akan sempurna nanti hasilnya ... ya Allah ampunilah kami jika kami salah atau
lupa.
Belajar dan
berlatih!
Sumber:www.darussalaf.or.id
_abu nasiim mukhtar "Iben" rifai la firlaz_republik of
rindoe_26 Juni 2013_disadur dari Rabi'ul Abraar 2/13 melalui Min
Dzakhairul Islam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar