TENTANG REMBULAN YANG KUKIRIMKAN KEPADAMU


Tanggal 12 Muharram lalu, ku lihat langit berwarna biru dengan kecerahan warna yang paling kusuka, dihiasai lapisan awan dengan warna putih membiaskan cahaya mentari senja. Subhanallah, luar biasa indahnya. Terbersit di hati ingin membagi keindahan sore itu bersamamu juga putri kita. Tak berapa lama, keindahan lain muncul memanjakan mata menyejukkan hati. Subhanallah, pemandangan yang selalu kunantikan itu terpampang jelas di depan mata. Rembulan dengan putihnya yang menawan berlatar belakang langit biru menghadirkan nuansa yang syahdu di hati ini. Ingin rasanya rembulan itu bersama nuansa di hati ini kukirimkan kepadamu.Namun, ku tak menemukan kata-kata yang cocok untuk melukiskan keindahan sore itu kepadamu.
Akhirnya ku coba menangkap keindahan sore itu melalui kamera dari HP pemberianmu. Saat ku arahkan lensa kamera ke atas langit biru tempat rembulan menebarkan pesonanya itu, tak kudapati dia di layar kamera. Ku coba perbesar sampai batas maksimal dan klik begitu saja, dan Subhanallah setelah menunggu beberapa detik rembulan itu pun menampakkan keindahannya di layar HPku.Kukirimkan rembulan itu disertai beberapa patah kata untukmu.
Tekstur rembulan yang unik memang hanya tertangkap sebagai lingkaran putih kecil, birunya langit pun menjadi pudar dan hijaunya daun di pohon menjadi buram.Kamera yang dibuat manusia memang tak akan bisa menandingi penglihatan yang diciptakan Allah Rabb Alam Semesta. Kalaupun ada kamera yang menangkap dengan baik segala keindahan yang tercipta, berapa uang yang harus kita keluarkan untuk membelinya? Pun lukisan tangan manusia tidak ada apa-apanya dibanding lukisan Pencipta Jagat Raya. Terpikirkan olehku berapa uang yang harus dikeluarkan untuk menikmati lukisan para maestro yang terpajang di museum terkenal di dunia?Sedangkan untuk menikmati lukisan Pencipta Alam Semesta yang sempurna keindahannya dan bisa kita nikmati setiap saat tak pernah sedikitpun kita harus mengeluarkan uang untuk membayarnya. 
فبأي آلاء ربكما تكذبان (Ar-Rahman: 13)
Saat kuliah dulu, melihatku sering memperhatikan langit malam dan menunjuk rasi bintang layang untuk mengobati kerinduan pada kampung halaman-halaman rumah orang tuaku tepat menghadap ke arah rasi bintang layang-, temanku bilang kalau sudah menikah nanti aku pasti akan menjadi pasangan yang romantis. Ternyata prediksi temanku itu kurang tepat. Aku bukan pasangan romantis yang bisa mengalirkan puisi, personifikasi, hiperbola atau majas lainnya yang bisa membuatmu tersanjung atau menyenangkan hatimu.
>>>www.salafyciampeabogor.blogspot.com<<<
Jadi, saat kulihat keindahan sore itu, bukan puisi cinta yang ingin kubagi bersamamu juga putri kita. Tapi, ku hanya sekedar ingin berbagi kebahagiaan hati yang didapatkan dengan memikirkan penciptaan alam semesta. Seperti tertuang p ada ayat yang kau pilih untuk mengawali blogmu:
"Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."
(QS Ali Imran: 190-191)
Kau tahu, kenapa aku sangat menyukai rembulan? Salah satu alasannya adalah karena rembulan mengingatkanku pada hadits ini:
Dari Jarir bin Abdillah Al-Bajali radhiyallahu 'anhu, ia berkisah: 
كنا جلوسا عند النبي n إذ نظر إلى القمر ليلة البدر قال إنكم سترون ربكم كما ترون هذا القمر لا تضامون في رؤيته فإن استطعتم أن لا تغلبوا على صلاة قبل طلوع الشمس وصلاة قبل غروب الشمس فافعلوا 
"Kami pernah duduk bersama Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Saat itu ia memandang ke arah bulan pada malam purnama. Beliau bersabda, ' Sesungguhnya kalian akan melihat Rabb kalian sebagaimana kalian melihat bulan. Kalian tidak berdesakan ketika memandang Allah. Jika kalian mampu, untuk tidak terlewatkan shalat sebelum terbitnya matahari dan shalat sebelum tenggelamnya matahari, lakukanlah! "(HR al-Imam al-Bukhari (no. 554) dan Muslim (no. 633))
Juga hadits ini:
وإن فضل العالم على العابد كفضل القمر ليلة البدر على سائر الكواكب
"Sesungguhnya keutamaan seorang yang berilmu dibanding ahli ibadah, seperti keutamaan bulan dimalam purnama dibanding seluruh bintang-bintang."
(HR.Abu Dawud (3641), Ibnu Majah (223), dari hadits Abu Darda Radhiallahu Anhu)
Rembulan ini mengingatkanku pada penjelasan Asy-Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin tentang bagaimana memahami kebersamaan Allah di buku yang kau berikan padaku. Alhamdulillah atas taufiq dari Allah sajalah melalui perantara buku pemberianmu itu akhirnya pemahaman sesat wihdatul wujudku terhapuskan.
Berkata Syaikh Ibnu 'Utsaimin rahimahull a h : "Penafsiran ma'iyyah Allah dengan makhluk-Nya dengan penafsiran yang menunjukkan bahwa Allah melebur / berdiam (masuk) pada makhluk dan bercampur dengannya adalah bathil, tidak dapat dibenarkan dengan alasan:
1. Penafsiran ini menyelisihi IJM a 'salaf, sebab tidak ada seorangpun dari salaf yang menafsirkan demikian. Bahkan mereka bersepakat untuk menolak penafsiran ini.
2. Penafsiran ini bertentangan dengan kemaha tinggian Allah Subh a nahu wa Ta ' a ​​l a yang telah ditetapkan berdasarkan Al-Qur ` an n, Sunnah, akal, fitrah dan IJM a ' salaf. Dan apapun yang bertentangan dengan kebenaran yang berdasar pada dalil adalah bathil. Atas dasar ini maka penafsiranma'iyah Allah Subh a nahu wa Ta ' a ​​l a dengan makhluk-Nya dengan pengertian yang menunjukkan bahwa Allah melebur (berdiam / masuk) bersama makhluk dan bercampur dengannya adalah bathil berdasarkan Kitab, Sunnah, akal, fitrah dan IJM a 'salaf.
3. Penafsiran ini menimbulkan beberapa konsekwensi yang bathil pula yang tidak layak untuk Allah Subh anahu wa Ta ' a ​​l a .
(Lihat: Al-Qow a 'idul Mutsl sebuah hal. 52)
Tafsiran ma'iyah berdasarkan zhohirnya menurut hakikat yang sesuai dengan keagungan dan kemuliaan Allah Subh a nahu wa Ta ' a ​​l a tidaklah bertentangan dengan ketetapan bahwa Allah Maha Tinggi di atas Arsy dengan beberapa alasan:
1. Bahwa Allah Subh a nahu wa Ta ' a ​​l amenyebutkan secara bersamaan kedua masalah ini untuk diri-Nya dalam Kitab-Nya yang jelas yang tidak terkandung didalamnya pertentangan. Dan apa yang telah disebutkan secara bersamaan oleh Allah dalam Kitab-Nya berarti tidak ada pertentangan di antara keduanya.
2. Bahwa hakekat pengertian kebersamaan Allah dengan makhluk tidak bertentangan dengan keberadaan Allah di atas Arsy, soalnya perpaduan antara kedua hal ini bisa terjadi pada makhluk.Misalnya seperti dikatakan: "Kami masih melanjutkan perjalanan dan bulanpun bersama kami" . Ini tidak dianggap kontradiksi dan tidak seorangpun yang memahami dari perkataan tersebut bahwa bulan turun di bumi. Bila ini bisa terjadi pada makhluk maka untuk Al-Kh a liq Yang Meliputi segala sesuatu-sekalipun berada di atas Arsy-tentu lebih patut lagi, karena hakekat pengertian ma'iyah (kebersamaan) tidak berarti berkumpul dalam satu tempat.
3. Andaikata mustahil bagi makhluk perpaduan antara ma'iyah dan 'uluw , tidak berarti hal ini mustahil untuk untuk Al-Kh a liq Yang telah menyebutkannya bersama-sama untuk Diri-Nya, sebab Allah Ta ' a ​​l a tidak serupa dan semisal dengan makhluk. Allah Subh a nahu wa Ta ' a ​​l a berfirman:
ليس كمثله شيء وهو السميع البصير
"Tidak ada sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat".QS. Asy-Syur a : 11 )
(Lihat: Al-Qow a 'idul Mutsl sebuah hal. 58-60)
Syaikhul Islam Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah mengatakan bulan yang terletak di atas langitdan termasuk makhluk Allah SWT yang paling kecil, dia bersama orang yang sedang bepergian dan bersama orang yang tidak bepergian. Hal ini menunjukkan bahwa kebersamaan tidak selalu berarti bergabung, menyatu, dan bercampur dalam sebuah kotak.
Itulah sedikit cerita tentang rembulan yang ingin kubagi bersamamu. Semoga Allah memberikanku kesempatan untuk menuliskan ayat-ayat kauniyah-Nya pada rembulan di lain kesempatan, sebagai bahan pengajaran yang bisa kita sampaikan kepada putri kita di saat kita bersama-sama melihat rembulan seperti pada Maghrib 1 Syawal lalu. Di pengunjung tulisan ini ku berdoa dan meminta dengan doa yang diajarkan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dalam hadits Ammar bin Yasir radhiyallahu' anhu yang diriwayatkan oleh al-Imam an-Nasa'i rahimahullah,
أسألك لذة النظر إلى وجهك, والشوق إلى لقائك 
"Aku meminta kepada-Mu (ya Allah) kenikmatan memandang wajah-Mu di akhirat kelak, dan aku meminta kepada-Mu kerinduan untuk bertemu dengan-Mu."
Juga berdo'a,
رب زدني علما
"Wahai Rabbku, tambahkanlah ilmu bagiku."
اللهم إني أسألك علما نافعا, ورزقا طيبا, وعملا متقبلا
"Ya Allah, sungguh aku memohon kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima."
ربنا لا تزغ قلوبنا بعد إذ هديتنا وهب لنا من لدنك رحمة إنك أنت الوهاب
"Ya Rabb kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)." (Ali Imran: 8) 
يا مقلب القلوب , ثبت قلبي على دينك
Artinya: "Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu."
Amin, ya Mujibas sa'ilin ... 
Referensi:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[AUDIO]: Nilai Sebuah Keikhlasan

Rekaman –  AUDIO KAJIAN  Kajian Islam Ilmiyyah Tanjung Priok  Ahad, 03 Rabi’ul Awwal 1440H / 11 November 2018M   Masjid Raya al-H...