HADIAH BAGI ORANG-ORANG YANG SOK HATI-HATI DAN MENGAKU BERSIKAP HIKMAH YANG MENELANTARKAN DAN MELEMBEKKAN DAKWAH
HADIAH BAGI ORANG-ORANG YANG SOK HATI-HATI DAN MENGAKU BERSIKAP HIKMAH YANG MENELANTARKAN DAN MELEMBEKKAN DAKWAH 
HIKMAH BUKAN MAKSUDNYA MELEMBEKKAN URUSAN DAN MENELANTARKANNYA 
Asy-Syaikh Rabi’ bin Hady al-Madkhaly hafizhahullah
Bukanlah yang dimaksud dengan hikmah
adalah sikap lembek dalam menghadapi perkara-perkara, menelantarkannya,
bersikap basa basi, dan semisalnya, yang menyeret kepada penelantaran
dakwah dan termasuk sikap mengalah yang disebutkan oleh Allah kepada
Rasul-Nya yang mulia:
ﻭَﺩُّﻭﺍ ﻟَﻮْ ﺗُﺪْﻫِﻦُ ﻓَﻴُﺪْﻫِﻨُﻮﻥَ.
“Mereka sangat ingin agar engkau mau mengalah lalu mereka juga akan mengalah.” (QS. Al-Qalam: 9)
Di sana para ulama mengatakan bahwa yang
boleh adalah “mudarah” yaitu engkau mengalah dalam urusan duniamu demi
tetap menegakkan agama. Adapun sikap “mudahanah” adalah mengalah dalam
urusan agama demi meraih dunia dan yang berkaitan dengannya.
Maka hendaklah kita benar-benar
mewaspadai sikap mudahanah dan pelembekan dakwah. Dan tidak masalah
terkadang ada sedikit sikap kuat (tegas) dalam mendakwahkan agama Allah
Tabaraka wa Ta’ala jika memang keadaannya menuntut demikian, tidak pada
setiap keadaan. Maka orang yang selalu menggunakan cara kelembutan maka
orang ini melembekkan dakwah. Sedangkan orang yang menjadikan sikap
keras terus-menerus maka dia ini akan membuat dakwah tertolak. Jadi
setiap tempat memiliki ucapan tersendiri yang sesuai. Dan dari sinilah
Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman:
ﻣُﺤَﻤَّﺪٌ ﺭَﺳُﻮْﻝُ ﺍﻟﻠﻪِ ﻭَﺍﻟَّﺬِﻳْﻦَ ﻣَﻌَﻪُ ﺃَﺷِﺪَّﺍﺀُ ﻋَﻠَﻰ ﺍﻟْﻜُﻔَّﺎﺭِ ﺭُﺣَﻤَﺎﺀُ ﺑَﻴْﻨَﻬُﻢْ.
“Muhammad adalah utusan Allah, dan
orang-orang yang bersamanya sikap mereka keras terhadap orang-orang
kafir, namun mereka saling menyayangi diantara mereka.” (QS. Al-Fath:
29)
Dan sifat-sifat lain yang Allah sifatkan terhadap Rasulullah dan para Shahabatnya yang mulia dalam ayat ini.
Yang menjadi dalil adalah bahwa sikap
keras itu terkadang terpuji, yaitu kepada orang-orang kafir. Terkadang
pedang terhunus kepada mereka, dan terkadang berbicara kepada mereka
dengan ucapan yang pedas, dan semisalnya.
Bahkan terhadap orang-orang yang suka
berbuat maksiat, terkadang Allah menuntut agar kita menyikapi mereka
dengan keras. Allah berfirman:
اﻟﺰَّﺍﻧِﻴَﺔُ ﻭَﺍﻟﺰَّﺍﻧِﻲ ﻓَﺎﺟْﻠِﺪُﻭﺍ ﻛُﻞَّ
ﻭَﺍﺣِﺪٍ ﻣِﻨْﻬُﻤَﺎ ﻣِﺎﺋَﺔَ ﺟَﻠْﺪَﺓٍ ۖ ﻭَﻟَﺎ ﺗَﺄْﺧُﺬْﻛُﻢْ ﺑِﻬِﻤَﺎ
ﺭَﺃْﻓَﺔٌ ﻓِﻲ ﺩِﻳﻦِ ﺍﻟﻠَّﻪِ ﺇِﻥْ ﻛُﻨْﺘُﻢْ ﺗُﺆْﻣِﻨُﻮﻥَ ﺑِﺎﻟﻠَّﻪِ
ﻭَﺍﻟْﻴَﻮْﻡِ ﺍﻟْﺂﺧِﺮِ ۖ.
“Perempuan yang berzina dan laki-laki
yang berzina, maka cambuklah masing-masing dari keduanya seratus kali
cambukan, dan janganlah rasa belas kasihan kepada keduanya mencegah
kalian untuk menjalankan agama Allah, jika kalian benar-benar beriman
kepada Allah dan hari akhirat.” (QS. An-Nuur: 2)
Kita tegas terhadapnya dan merajamnya
dengan batu sampai dia mati (bagi yang telah menikah -pent), dan di sini
tidak ada tempat untuk menaruh belas kasihan dan tidak ada tempat untuk
kelembutan, karena masing-masing tempat memiliki ucapan sendiri yang
sesuai.
Demikian juga peminum khamer dicambuk,
pencuri dipotong tangannya, dan tidak ada tempat untuk menaruh belas
kasihan di sini. Para Shahabat dahulu merasa kasihan terhadap seorang
wanita dari Bani Makhzum dan mereka berusaha memberi syafaat dengan
memintakan keringanan kepada Rasulullah shallallahu alaihi was sallam
untuknya. Lalu mereka mengatakan, “Siapa yang akan berani memberi
syafaat untuknya selain orang yang dicintai oleh Rasulullah.” Yaitu
Usamah bin Zaid. Maka Usamah pun pergi untuk memberi syafaat bagi wanita
dari Bani Makhzum tersebut. Maka Rasulullah shallallahu alaihi was
sallam bersabda:
ﺃَﺗَﺸْﻔَﻊُ ﻓِﻲ ﺣَﺪٍّ ﻣِﻦْ ﺣُﺪُﻭﺩِ ﺍﻟﻠَّﻪِ، ﻭَﺍﻟﻠَّﻪِ ﻟَﻮْ ﺃَﻥَّ ﻓَﺎﻃِﻤَﺔَ ﺑِﻨْﺖَ ﻣُﺤَﻤَّﺪٍ ﺳَﺮَﻗَﺖْ ﻟَﻘَﻄَﻌْﺖُ ﻳَﺪَﻫَﺎ.
“Apakah engkau ingin memberi syafaat
untuk membela seseorang yang harus ditegakkan padanya salah satu hukum
hadd yang telah ditetapkan Allah?! Demi Allah, seandainya Fathimah bintu
Muhammad mencuri, pasti aku akan memotong tangannya.”
(Lihat: Shahih al-Bukhary no. 3475 dan Muslim no. 1688 -pent)
(Lihat: Shahih al-Bukhary no. 3475 dan Muslim no. 1688 -pent)
Jadi pada sebagian tempat harus ada sikap keras seperti ini. Allah Ta’ala berfirman:
ﻳَﺎ ﺃَﻳُّﻬَﺎ ﺍﻟﻨَّﺒِﻲُّ ﺟَﺎﻫِﺪِ
ﺍﻟْﻜُﻔَّﺎﺭَ ﻭَﺍﻟْﻤُﻨَﺎﻓِﻘِﻴﻦَ ﻭَﺍﻏْﻠُﻆْ ﻋَﻠَﻴْﻬِﻢْ ۚ ﻭَﻣَﺄْﻭَﺍﻫُﻢْ
ﺟَﻬَﻨَّﻢُ ۖ ﻭَﺑِﺌْﺲَ ﺍﻟْﻤَﺼِﻴﺮُ.
“Wahai Nabi, berjihadlah memerangi
orang-orang kafir dan munafik serta bersikap keraslah kepada mereka, dan
tempat kembali mereka adalah Jahannam yang merupakan seburuk-buruk
tempat kembali.” (QS. At-Taubah: 73)
Masing-masing tempat memiliki ucapan
sendiri yang sesuai. Dan seorang yang bijak adalah yang meletakkan
segala sesuatu sesuai dengan tempatnya. Jadi tidak dengan kelembutan
yang melembekkan dakwah dan melemahkannya, dan juga tidak dengan sikap
keras yang membuat orang lari darinya. Seorang mu’min selalu bersikap
pertengahan dan menangani perkara-perkara dan menata sikap hikmah agar
mendakwahkan agama Allah Tabaraka wa Ta’ala bisa berjalan di
tengah-tengah barisan manusia dengan cara terbaik dan paling indah. Ini
yang bisa aku sampaikan dalam masalah ini.
Link audio:
http://cdn.top4top.co/d_0dc479f9ab1.mp3

Sumber : www.tukpencarialhaq.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar