>>Tidak Boleh Diam dan Membiarkan Ahli Bid’ah Serta Orang Jahil Berbicara


Tidak Boleh Diam dan Membiarkan Ahli Bid’ah Serta Orang Jahil Berbicara

Bismillahirrohmanirrohim. o
Tidak Boleh Diam Dan Membiarkan Ahli Bid’ah Dan Orang Jahil Berbicara

TIDAK BOLEH DIAM DAN MEMBIARKAN AHLI BID’AH DAN ORANG JAHIL BERBICARA

Al-Imam Abdul Aziz bin Baz rahimahullah
❌ Tidak boleh bagi para ulama untuk diam dan membiarkan orang yang jahat, mubtadi’, dan jahil berbicara, karena sesungguhnya sikap semacam ini merupakan kesalahan besar dan termasuk sebab tersebarnya keburukan dan bid’ah serta tersembunyinya dan semakin sedikitnya kebaikan serta As-Sunnah tidak nampak lagi.
🔥🌅 Maka wajib atas para ulama untuk berani berbicara dengan kebenaran dan mendakwahkannya, dan mengingkari kebathilan serta memperingatkan bahayanya. Dan hendaknya hal itu dilakukan berdasarkan ilmu dan bashirah, sebagaimana Allah Azza wa Jalla berfirman:
قُلْ هَذِهِ سَبِيْلِيْ أَدْعُوْ إِلَى اللهِ عَلَى بَصِيْرَةٍ.
“Katakanlah: sesungguhnya ini adalah jalanku, aku mengajak manusia kepada agama Allah di atas ilmu yang jelas.” (QS. Yusuf: 108)
✋🏻 Hal itu dilakukan setelah memiliki perhatian yang besar terhadap sebab-sebab meraih ilmu dengan cara belajar kepada para ulama, bertanya kepada mereka ketika menjumpai hal-hal yang tidak dipahami, menghadiri majelis-majelis ilmu, memperbanyak membaca Al-Qur’an Al-Karim dengan tadabbur, dan mengulang-ulang mempelajari hadits-hadits shahih, hingga engkau mendapatkan faedah dan bisa menyebarkan ilmu sebagaimana engkau mengambilnya dari para ulama dengan menguasai dalilnya, disertai ikhlash, niat yang baik, dan bersikap tawadhu’.
✊🏻 Dan hendaknya engkau memiliki semangat untuk menyebarkan ilmu dengan penuh antusias dan dengan sekuat tenaga, dan jangan sampai ahlul bathil lebih semangat dalam menyebarkan kebathilannya. Hendaknya engkau semangat untuk memberi manfaat kepada kaum Muslimin, baik dalam urusan agama maupun dalam urusan dunia mereka. Ini merupakan kewajiban para ulama baik yang telah tua maupun yang masih muda di manapun mereka berada, yaitu hendaknya mereka menyebarkan kebenaran dengan dalil-dalilnya dari syari’at, memotivasi manusia untuk mencintainya, dan berusaha membuat manusia lari meninggalkan kebathilan serta memperingatkan mereka dari bahayanya, semua ini dalam rangka mengamalkan firman Allah Azza wa Jalla:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى.
“Dan hendaknya kalian saling menolong dalam kebaikan dan ketakwaan.” (QS. Al-Maidah: 2)
Juga firman-Nya:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِيْ خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِيْنَ آمَنُوْا وَعَمِلُوْا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
“Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian. Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan saling menasehati agar mengikuti kebenaran serta saling menasehati agar menetapi kesabaran.” (QS. Al-Ashr: 1-3)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[AUDIO]: Nilai Sebuah Keikhlasan

Rekaman –  AUDIO KAJIAN  Kajian Islam Ilmiyyah Tanjung Priok  Ahad, 03 Rabi’ul Awwal 1440H / 11 November 2018M   Masjid Raya al-H...