(Download Gratis)>>Berpegang Teguh kepada Nabi dan Cemburu karena Mencintai Para Sahabat Nabi dan Para Pewaris Nabi

<<www.salafyciampeabogor.blogspot.com>>
Alhamdulillah berikut kami hadirkan link download kajian yang disampaikan oleh Al Ustadz Muhammad Umar Assewed yang diadakan rutin di Depok setiap bulan pekan ke-4 dengan pembahasan kitab Lammudduril Mantsur Minal Qaulil ma’tsur Fiil I’tiqad Was Sunnah Bab “Berpegang Teguh kepada Nabi dan Cemburu karna Mencintai Para Sahabat Nabi dan Para Pewaris Nabi”.Sumber: www.syiartauhid.info
<<www.salafyciampeabogor.blogspot.com>>
NO JUDUL KAJIAN PEMATERI DOWNLOAD
01Berpegang Teguh kepada Nabi dan Cemburu karna Mencintai Para Sahabat Nabi dan Para Pewaris NabiAl Ustadz Muhammad Umar Assewed Download

>>>Sekeping Puzzle Cinta

<<www.salafyciampeabogor.blogspot.com>>

Saya baru menyadari ternyata rasa takut juga bagian dari cinta. Jika diibaratkan sebagai sebuah lukisan indah, Cinta adalah gambar hidup yang menghembuskan nafas-nafas kehidupan. Perasaan takut telah mengambil bagian tersendiri di dalam lukisan itu sebagai kepingan puzzle yang cukup menentukan letak keindahannya. Tanpa rasa takut, lukisan Cinta tidak akan benar-benar hidup.Kenapa bisa?
Cinta akan melahirkan rasa takut…Takut kehilangan, takut berpisah, takut menyakiti, takut mengecewakan dan takut-takut lainnya yang akan menggores lukisan Cinta. Bagi kita yang telah dan pernah merasakan Cinta syar’i, rasa takut semacam ini sungguh-sungguh hadir menyertai setiap langkah kaki.
Mungkin ada juga yang merasakan takut-takut semacam ini dengan alasan pernah jatuh Cinta. Akan tetapi, Cinta yang syar’i -kah itu? Sensasi rasa takut yang ikut mengalir bersama Cinta yang syar’i sungguh-sungguh berbeda! Seperti apakah Cinta syar’i itu? Bukan pacaran seperti lazimnya orang sekarang! Bukan nafsu sesaat yang menjadi trend saat ini!
Cinta syar’i adalah simbol suci dari janji setia antara dua mempelai dalam akad ijab kabul berdasarkan syaria’t Islam. Cinta syar’i disebut oleh Al Qur’an sebagai miitsaaqan ghaliidzaa. Perjanjian berat yang mengikat, seperti itulah maknanya kurang lebih. Cinta syar’i adalah dunia keindahan tanpa batas. Dari awal hingga akhir hanya berisi hal-hal indah.Walau terkadang muncul konflik,toh akan berujung dengan keindahan juga.
Cinta syar’i merupakan sumber ketenangan, ketentraman dan siraman rahmat. Seakan tiada yang menyusahkan hati,tak ada yang memberatkan pundak juga tanpa kesulitan yang mengikat, jika seorang hamba telah melabuhkan dirinya dalam dermaga bernama Cinta syar’i.
Subhaanallah!
Oh…alangkah hebat dan indahnya Allah menggambarkan Cinta syar’i di dalam Al Qur’an! Simaklah firman Nya berikut ini ;
     وَمِنْ ءَايَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً
 وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَلِكَ لأَيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ
Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang.Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir. (QS. 30:21)

 Ayo…kita resapi bersama kata-kata penuh motivasi dari ahli tafsir masa kini,Syaikh Abdurrahman As Sa’di -rahimahullah-,
“Ghalibnya, engkau tidak akan bisa menemukan jalinan kasih dan cinta seperti halnya yang dirasakan oleh sepasang suami istri!”
Luar biasa!

***
                Akad nikah dengan ijab kabul-nya adalah prosesi suci yang mesti dihormati. Akad nikah merupakan pintu gerbang menuju surga duniawi yang dihalalkan oleh syari’at. Bertujuan menghimpun dan memadukan cinta, rahmah dan mawaddah, maka jangan pernah engkau kotori jalinan suci itu dengan noda-noda walau setitik! Hal-hal kecil usahlah menjadi pintu perusak sebuah tatanan keluarga!
“Sayang…kamu dulu pernah pacaran?”
Ah…buang jauh-jauh pertanyaan semacam ini! Apa urgensinya dari pertanyaan semacam ini? Terbukti pertanyaan senada dengan ini malah menimbulkan petaka. Jawaban apa yang harus diucapkan oleh pasangan Anda dari pertanyaan ini? Antara iya dan tidak, bukan?
Biarlah yang berlalu tetap berlalu. Siapa juga yang tidak punya masa lalu? Akan tetapi, setelah ijab kabul diikrarkan, bukankah kehidupan telah mulai ditulis dalam lembaran baru? Isi saja lembaran-lembaran baru itu dengan menciptakan momen-momen indah! Penuhkan lembaran-lembaran baru itu dengan lukisan-lukisan indah!
Jangan melakukan tindakan yang bodoh! Misalnya?
Menuntut pasangannya untuk menyerahkan password alamat email, sebagai contoh. Atau mengobok-obok isi facebook dan twitternya (hidup tanpa facebook dan twitter lebih nikmat dan tentram). Handphone pasangannya di ubek-ubek. Kenapa ia lakukan itu? Barangkali pasangannya menyimpan masa lalu.
Saudaraku…hidup berumah tangga itu pondasi utamanya adalah saling percaya. Akan hambar dan tanpa rasa jika Cinta di dalam sebuah rumah tangga tidak dibangun di atas saling percaya. Tumbuhkan prasangka yang baik dan biarkan sebagai sendi dan nadi kehidupan sehari-hari. Bukankah ia telah memilih dan menerima dirimu sebagai pasangan yang syar’i? Percayalah kepadanya!
Jika muncul atau terbetik rasa ragu, was-was atau bimbang…kenang-kenanglah kembali saat prosesi ijab kabul dilaksanakan!
Bagaimana engkau “diserahkan” oleh wali-mu kepadanya…”Aku nikahkan Fulanah bintu Fulan dengan engkau Fulan bin Fulan berdasarkan mahar demikian dan demikian…dibayar tunai!”
Bagaimana engkau menerimanya dengan berucap…”Saya terima nikahnya Fulanah bintu Fulan berdasarkan mahar demikian dan demikian…dibayar tunai!”
Subhaanallah!
Indah sekali detik-detik pengabadian Cinta syar’i itu! Akan menjadi bagian dari sejarah hidup yang tak akan terlupakan. Apakah prasasti Cinta itu akan engkau hapus dengan alasan ragu, was-was dan bimbang? Jangan…jangan sekali-kali engkau berpikir untuk memutus jalinan yang telah diikat! Jangan…jangan sekali-kali engkau berpikir untuk menghapus miitsaaqan ghaliidzaa itu!
Pernahkah engkau mendengar, Saudaraku? Pernahkah engkau mendengar sebuah hadits riwayat Muslim (2813) dari sahabat Jabir?
Iblis memposisikan singgasananya di atas lautan. Dari sana-lah ia menyebarkan seluruh pasukannya untuk menyesatkan manusia. Prajuritnya yang paling dekat dan paling disayang adalah yang berkemampuan menimbulkan bencana paling dahsyat.
Kata Rasulullah,
فَأَدْنَاهُمْ مِنْهُ مَنْزِلَةً أَعْظَمُهُمْ فِتْنَةً
“Pasukan yang paling dekat dengan Iblis adalah yang paling besar fitnahnya”
Kemudian?
Jika prajuritnya datang melapor bahwa ia telah berbuat kejahatan, Iblis berkomentar,”Ah…engkau tidak berbuat sama sekali!”. Demikian seterusnya, setiap prajurit yang datang melaporkan kejahatannya, selalu ditanggapi oleh Iblis dengan ucapan,”Ah…engkau belum berbuat apa-apa!”
Siapa yang dipuji oleh Iblis?
Prajuritnya yang datang melapor,” Aku tidak meninggalkan orang itu sampai aku berhasil memisahkan dia dengan istrinya”
Prajurit semacam inilah yang disukai Iblis. Ia diminta untuk mendekat lalu Iblis memujinya, “Sebaik-baik setan adalah kamu!”
Jagalah Cinta syar’i-mu dengan penuh kelembutan. Jangan biarkan Cinta syar’i-mu rusak oleh kelalaian dan kealpaanmu sendiri. Ingat…Cinta syar’i adalah harta terindah yang pernah engkau miliki.
***
Cinta akan melahirkan rasa takut…Takut kehilangan, takut berpisah, takut menyakiti, takut mengecewakan dan takut-takut lainnya yang akan menggores lukisan Cinta. Bagi kita yang telah dan pernah merasakan Cinta syar’i, rasa takut semacam ini sungguh-sungguh hadir menyertai setiap langkah kaki.
Jika memang engkau takut kehilangan dirinya, berusahalah untuk menjadi yang terbaik di matanya. Buatlah ia selalu tersenyum riang. Tunaikan kewajibanmu terlebih dahulu sebelum engkau menuntut hakmu. Yakinlah bahwa al jazaa’min jinsil ‘amal, balasan yang kita dapat sesuai apa yang kita perbuat.
Jangan pernah lupa untuk berdoa dan mengingatkan dirinya untuk turut mengaminkan,
               رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا
“Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. 25:74)
Selamat menempuh hidup baru dengan membuka lembaran-lembaran baru berjudul Sakinah, Mawaddah dan Rahmah. Amin.
_Abu Nasiim Mukhtar “iben” Rifai La Firlaz
_17 Dzulhijjah 1434 H_22 Oktober 2013_Daar El Hadith Dzamar_Yemen
_21.59 saat mengingat seorang kawan yang baru saja menjadi seorang suami_

>>Tips Memperbaiki Pencernaan (BAGUS)

Pencernaan yang baik sangatlah penting bagi kesehatan kita. Baik untuk jangka pendek, terlebih lagi untuk jangka panjang. Organ pencernaan yang terdiri dari mulut, lambung, usus halus, dan usus besar, semuanya telah Allah subhanahu wa ta’ala ciptakan dengan sempurna.
Sistem pencernaan dilengkapi dengan alat-alat yang dapat menyekresi zat-zat yang membantu mencerna makanan yang masuk ke dalam tubuh.
Salah satu contohnya adalah kelenjar liur. Kelenjar ini mengandung enzim khusus pencerna zat pati. Apabila makanan yang masuk mengandung zat pati tinggi, maka kelenjar tersebut akan lebih banyak memproduksi air liur sehingga enzim pencerna menjadi lebih aktif. Di dalam usus besar juga terdapat bakteri-bakteri, baik yang bersifat menetralisir dan mencegah efek racun pada ampas  makanan, mensintesis vitamin K, penyerapan vitamin B2, Tiamin, Riboflavin, asam folat, dan biotin dari ampas-ampas yang baru masuk. Masya Allah, demikian sempurna dan seimbangnya pengaturan Allah Ta’ala.
Namun, kondisi pencernaan yang sempurna dan seimbang ini dapat berubah karena berbagai faktor. Faktor-faktor tersebut seperti pemakaian obat antibiotik dan anti radang secara berlebihan, atau karena kombinasi menu makanan yang tidak tepat. Di sisi lain, makanan yang masuk ke dalam tubuh membutuhkan proses pencernaan yang baik agar penyerapan nutrisi dapat berlangsung secara optimal.
Makanan yang tidak tercerna dengan baik – dengan kekuasaan Allah subhanahu wa ta’ala – akan mengalami fermentasi di saluran usus dan menghasilkan toksin. Hal ini menjadikan ekosistem usus yang semula sehat dan efisien berada dalam kondisi yang kurang baik. Bila keadaan ini berlanjut, akan menjadikan bakteri berbahaya mendapatkan lingkungan yang nyaman untuk berkembang biak. Dampaknya, bakteri yang baik akan kalah, sehingga membuat seseorang cenderung mudah terjangkiti penyakit infeksi dan penyakit sistemik lainnya. Selain itu, makanan yang tidak tercerna dengan baik dapat menyebabkan gangguan kemampuan pencernaan dan penyerapan yang berlanjut pada penurunan kekebalan tubuh serta gejala kekurangan gizi. Pada akhirnya adalah sama, tubuh menjadi rentan terhadap penyakit.
<<<www.salafyciampeabogor.blogspot.com>>>
Hampir semua penyakit kronis dan degeneratif  berawal dari pencernaan yang tidak sehat. Untuk itu sangatlah penting bagi kita untuk selalu memperhatikan pola dan cara makan kita, agar proses pencernaan dapat berlangsung dengan baik dan penyerapan nutrisi pun dapat optimal, insya Allah.
Berikut ini adalah upaya agar pencernaan kita menjadi lebih sehat dan optimal:
Jangan Makan Berlebihan
Sistem pencernaan dan perut kita mempunyai batas dalam menampung dan mencerna makanan. Jika jumlah makanan terlalu banyak dan melebihi kapasitas enzim pencernaan yang diproduksi makanan, maka asupan makanan tidak akan tercerna dengan sempurna.
Pencernaan dapat berfungsi dengan baik bila asupan makanan tidak melebihi 1/3 dari kapasitas perut kita. Makanan berlebihan justru menjadi penyebab utama gangguan metabolisme, obesitas (kegemukan) dan tentunya berbagai macam penyakit lain yang dapat membahayakan jiwa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam telah membimbing kita bagaimana tata cara makan yang baik. Dari Miqdam bin Ma’dikarib radiallahu ‘anhu, ia berkata:
“Saya mendengar Rasululah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah seorang anak Adam mengisi bejana yang lebih buruk daripada perutnya. Sesungguhnya cukup baginya untuk makan sekedar beberapa suapan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Dan jika diperlukan, maka 1/3 untuk makanannya, 1/3 untuk minumannya, dan 1/3 untuk nafasnya.” (Diriwayatkan oleh Ibnu majah no.3349, An-Nasai dalam al-Kubra No.6768, At- Tirmidzi No.2380. Dishahihkan oleh al-Albani dalam as-Silsilah As-Shahihah No.2265)
Biasakan Makan secara Teratur
Adalah penting untuk makan teratur pada jam-jam yang kurang lebih sama setiap hari. Hal ini bisa berdampak positif terhadap pencernaan. Pola makan yang teratur dalam diet kita mencakup keteraturan waktu dan jenis makanan akan menciptakan sistem pencernaan yang efisien serta membentuk jam biologis tubuh. Berbeda halnya dengan pola makan yang tidak teratur, maka sistem pencernaan akan selalu beradaptasi dengannya dan membuat boros energi. Belum lagi efek lain yang ditimbulkan, misalnya pengaturan produksi gas HCl lambung yang kacau (karena makan yang tidak terjadwal), sehingga menyebabkan gangguan keasaman lambung, dll. Karena, efektifitas lambung mencapai puncaknya setiap  4 jam sekali, maka kebiasaan makan yang tidak teratur dapat menyebabkan sebagian makanan tidak tercerna dengan sempurna. Makanan yang tidak tercerna ini selanjutnya bisa membusuk dan menyebabkan perut kembung. Perlu diingat, apabila makanan yang masuk ke dalam tubuh teratur, maka apa yang keluar darinya juga dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala akan teratur pula.
Makan dengan sadar
Makanlah dalam keadaan Anda menyadari bahwa Anda sedang makan. Jangan asal memasukkan makanan, kemudian mulut bergoyang, setelah itu Anda sudah merasa kenyang. Perhatikan dan ketahuilah bagaimana dan di mana makanan tersebut kita makan. Makanlah ketika Anda lapar dan berhentilah sebelum kenyang. Hal ini berpengaruh besar dalam meningkatkan kemampuan tubuh mengasimilasi dan mencerna makanan yang dikonsumsi.
Jangan makan dengan tergesa-gesa
Makan dengan cara tergesa-gesa dapat menyebabkan makanan tidak terkunyah dengan sempurna. Makanan yang tidak dikunyah dengan baik akan tertelan dalam keadaan masih kasar dan tidak terurai secara sempurna, sehingga fungsi enzim dalam rongga mulut tidak maksimal. Gerak peristaltik lambung tidak berfungsi untuk menggerus makanan, tetapi lebih cenderung untuk mendorongnya ke bagian bawah lambung. Makanan yang tidak tercerna di mulut dan lambung akan terfermentasi atau membusuk di usus 12 jari dan usus besar, padahal sebenarnya proses fermentasi baru dimulai saat di usus besar. Kebiasaan makan dengan tergesa-gesa juga akan mengakibatkan sejumlah udara tanpa sengaja ikut masuk ke dalam lambung, sehingga menimbulkan perut kembung.
Idealnya, saat kita makan sebaiknya:
  • Duduk di tempat yang nyaman dan lingkungan yang santai.
Kunyahlah makanan dengan baik dan pelan-pelan sehingga enzim ptialin dalam kelenjar ludah dapat melakukan fungsinya dengan sempurna.
  • Makanlah makanan secara urut.
Ketika Allah subhanahu wa ta’ala memberikan kelapangan rezeki kepada kita, sehingga tersedia berbagai sajian, maka alangkah baiknya jika kita mengurutkan asupan makanan dari yang paling mudah dicerna kemudian beralih ke makanan yang lebih kompleks.
Misalkan yang pertama: air dan jus, yang kedua: buah-buahan, sup dan bubur. Kemudian yang ketiga: sayuran. Yang keempat: kacang-kacangan dan biji-bijian (gandum, beras, dll). Dan yang kelima adalah daging, ikan, atau unggas.
Hal ini dengan izin Allah subhanahu wa ta’ala akan mempermudah dan meringankan sistem pencernaan, sehingga waktu cerna menjadi lebih cepat, dan selanjutnya nutrisi dapat berasimilasi dengan baik. Potensi  timbulnya gas dalam perut pun berkurang. Dengan demikian, kita pun terhindari dari kembung dan perih lambung.  Insya Allah, energi akan bertambah dan bermanfaat bagi tubuh.
Sumber :http://majalahmuslimsehat.com/tips-memperbaiki-pencernaan/
Wallahu A’lam bish shawab.

>>Kajian Ilmiyyah “Jadilah Seorang Salafy Sejati” bersama Al-Ustadz Muhammad Umar As-Sewed

Dengan mengharap ridho Alloh Subhanahu wa Ta’ala
Insya Alloh akan hadir Kajian Ilmiyyah Ahlussunnah wal Jama’ah

“JADILAH SEORANG SALAFY SEJATI”

Pembahasan kitab “Kun Salafiyan ‘Alal Jaddah” karya Asy-Syaikh DR. Abdussalam bin Salim As-Suhaimi.
Hari & tanggal: Sabtu, 02 November 2013
Waktu: 10:00 WIB s/d selesai
Pembicara: Al-Ustadz Muhammad Umar As-Sewed
Tempat: Masjid Al-Mujahidin Jl.Anggrek Nelimurni VII Blok-A Slipi, Jakarta Barat (seberang RS. Harapan Kita)
www.salafyciampeabogor.blogspot.com
Informasi Ikhwan:
  1. 081513978370
  2. 085935323036
  3. 081316322048
Informasi Akhwat:
  1. 081317050388
  2. 08561074776

(BAGUS)>>Berlian Yang Terbuang (Cerita Tentang Seorang Kawan)

www.salafyciampeabogor.blogspot.com
Al Yazidi pernah datang bertamu ke rumah kawannya,  Al Khalil bin Ahmad. Kawannya tersebut adalah seorang ulama ahli hadits tersohor di masanya. Sambutan hangat dari Al Khalil mengiringi perjumpaan dua orang sahabat yang sangat erat hubungannya. Al Khalil yang sedang duduk di atas bantal kecil segera saja mempersilahkan Al Yazidi untuk duduk bersama di atas bantal itu.
"Aku takut membuat dirimu tidak terlalu nyaman. Bantal initidak akan mencukupi untuk kita berdua", Al Yazidi beralasan.
Al Khalil bin Ahmad lalu mengucapkan kata-kata mutiara. Bening, indah, bernilai dan perlu untuk kita pajang di atas deretan cerita hidup kita. Dengan penuh nafas persahabatan Al Khalil menyatakan,"Maa dhaaqa makaanun 'ala itsnaini mutahaabbain wad dunya laa tasa'u itsnain mutabaaghidhain"
Sesempit apapun tempatnya, pastilah akan terasa cukup dan lapang untuk dua orang yang saling mencinta.Dunia yang sedemikian luasnya niscaya akan terasa sempit bagi dua orang yang saling membenci.
Seperti itulah kata-kata Al Khalil bin Ahmad!
Subhaanallah! Duh…duh...
Tidak hanya sekali, bahkan selalu terulang berkali-kali, saya dicurhatin oleh beberapa orang tentang masalah problem tentang kawannya. Konflik antar kawan memang akan selalu ada selama manusia hidup di bumi. Hanya di surga saja, konflik antar kawan itu akan tiada. Bahkan kalau mau jujur berbicara, hingga detik ini pun kita masih menyimpan rasa tak suka kepada kawan, bukan? Atau malah anda tidak lagi menganggapnya kawan? Menyedihkan!
Hanya karena sebab sepele, urusan uang beberapa ribu atau puluhan ribu rupiah, sebuah perkawanan menguap dan hilang tanpa bekas? Entah karena hutang piutang, pembagian keuntungan, persaingan bisnis, harga barang atau sebab lainnya. Hanya karena hal-hal "kecil" seperti ini, dua orang yang dahulunya dekat sedekat saudara kandung bahkan lebih, menjadi saling tidakmengenal?seolah-olah demikian. Tidak ada lagi canda dan perbincangan hangat seperti dahulu kala.
Memang benar kata-kata Al Khalil di atas! Dunia ini pasti akan terasa sempit bagi mereka yang hidup dalam kebencian. Jalan ke sana…eh ketemu dia,akhirnya berusaha mencari jalan lain.Sudah berusaha menghindar untuk tidak bertemu berhadap-hadapan. Akhirnya mau tak mau ya harus begitu.
000000___000000
Seorang kawan semestinya diabadikan sebagai harta. Kawan adalah modal utama bagi mereka yang ingin hidup bahagia. Tanpa hidup berkawan, appa yang bisa kita lakukan? Semua ingin serba sendiri?Segala-galannya mampu diselesaikan sendirian?Tidak mungkin!!!
Mencari musuh bisa dilakukan dalam sekejap. Bahkan dalam hitungan, beribu-ribu musuh bisa kita cari. Namun, untuk seorang kawan, bertahun-tahun lamannya kita habiskan belum tentu kita memperolehnya. Kenyataan adalah bukti terkuat. Hingga terkadang saya termenung,”Apakah semua kenangan indah bersama kawan harus terhapus dalam waktu singkat?”
Konflik dan masalah jika muncul wajar-wajar saja. Tidak ada yang selamat dan terbebas dari konflik. Kan tetapi, cobalah mengenang dan mengingat-ingat semua momen-momen indah yang pernah anda lewati bersama kawan tersebut. Bangkitkanlah kembali semua senyum, canda dan tawa yang pernah ada di antara anda berdua. Kemudian bandingkan dengan saat-saat ini, benar-benar pahit, bukan?
Setan tidak akan kenal berhenti untuk memisahkan dua sekawan. Apalagi dua sekawan itu sama-sama hidup di atas jalan sunnah.  Celah sekecil apapun akan di manfaatkan oleh setan untuk merusak perkawanan. Waspada dan berhati-hatilah selalu!
Tahukah Anda, celah apa yang sering digunakan oleh setan untuk merusak perkawanan? Dunia. Ya, urusan dunia. Kedudukan, harta terutama gengsi adalah sebab yang paling mendominasi retaknya hubungan perkawanan di alam nyata.
Siang itu, Al Asadi dan beberapa kawannya ikut mengiringi sang guru untuk menghadiri sebuah prosesi pemakaman jenazah. Sang guru sempat memperhatikan segerombolan anjing yang sedang bermain-main dan saling bercanda satu sama lain. Sambil menoleh ke arah murid-muridnya, sang guru mengatakan,
“Perhatikan anjing-anjing itu! Alangkah akrabnya mereka satu dengan yang lainnya!”
Sepulang dari prosesi pemakaman, jalan yang dipilih sang guru tidak berbeda ketika berangkat. Namun ada pemandangan yang berubah. Seonggok bangkai telah berada di tengah-tengah kerumunan anjing-anjing tersebut. Mereka saling menyalak, menggonggong, mencakar dan saling menyerang satu sama lain.
Ujar sang guru,” Bukankah kalian telah menyaksikan sendiri, wahai murid-muridku? Selama tidak ada dunia yang diperebutkan, kalian bisa hidup berkawan. Akan tetapi jika dunia telah hadir,kalian akan saling berebut seperti anjing- anjing itu berebut bangkai"
Naudzu billah min dzaalik!
Tidak usah tersinggung! Jangan marah terlebih dahulu oleh sang guru untuk murid-muridnya, bukan untuk kita yang membaca. Jikapun kita bisa menyerapnya sebagai nasehat, tentu lebih baik. Tidak adahalangannya bagi kita untuk turut merasa dinasehati oleh sebuah cerita.
Kita hanya sebatas menelaah,benarkah kisah di atas dengan kenyataan yang ada di sekitar kita? Dengan diri kita?
000000___000000
Nasehat memang terkadang terasa pahit. Namun, apakah kita akan selalu menghindar dari yang "pahit-pahit”? Kenpa kita tidak memulainya dari sekarang? Merenung dan bertafakur untuk mencari dan mengumpulkan kembali berlian yang sempat terbuang. Kawan-kawan kita adalah tumpukan berlian. Jangan pernah befikir untuk membuang berlian!
Mulai detik ini,marilah kita belajar cara merawat dan memperlakukan berlian. Bagaimanakah langkah yang tepat untuk membersihkannya? Dimanakah tempat terbaik untuk menyimpannya? Bagaimana cara memegang dan menggenggamnya? Agar berlian itu tidak tergores, tidak cacat dan tidak retak. Agar berlian itu tidak pecah.
Al Imam Abu Abdillah Muhammad bin Idris yang lebihdikenal dengan Al Imam As Syafi'i (Al Imam As Syafi'i karya Ad Daqr hal 343) mengatakan demikian tentang perkawanan,
"Orang yang jujur di dalam berkawan adalah orang yang bisa menerima alasankawannya,menutupi kekurangan dan memaafkan kesalahannya"
Barangkali ucapan Al Imam As Syafi' di atas bisa mencerahkan pemahaman kita tentang langkah-langkah indah untuk merawat perkawanan sebagaimana kita merawat berlian.
Kini, pembuktian dan pelaksanaannya kembali kepada kita masingmasing.Melakukan koreksi pada diri sendiri selagi masih di dunia pastinya jauh lebih mudah dan ringan sebelum dihisab di hadapan Allah kelak.
Sitrak wa luthfak,yaa Rabb….

_abu nasiim mukhtar "iben" rifai la firlaz_04 Dzulhijjah 1434 H_09 Okt
2013_menjelang matahari terbenam_daar el hadith dzamaar_republic of yemen_

(BAGUS)>>Yang Muda Yang Bertakwa ...

***www.salafyciampeabogor.blogspot.com***
Siapa sih yang tidak mau masuk surga? Tapi, perlu kita ketahui bahwa masuk ke dalam surga itu bukan perkara yang mudah kecuali orang yang dimudahkan oleh Allah. Karena, surga itu dikelilingi dengan sesuatu yang kita benci, sedangkan neraka itu dikelilingi dengan sesuatu yang kita inginkan.
Rasulullah ` pernah bersabda yang artinya, “Saat Allah menciptakan surga dan neraka, Allah mengutus Malaikat Jibril ke surga. Allah berfirman kepada Jibril, ‘Pergilah, lihat surga dan apa yang Aku persiapkan bagi penghuninya.’ Jibril pun mendatanginya dan melihatnya serta apa yang dipersiapkan bagi penghuninya. Lalu Jibril pun kembali dan mengatakan, ‘Demi Kemuliaan-Mu, tidak ada seseorang yang mendengarnya kecuali ingin memasukinya. Allah pun meliputi surga dengan sesuatu yang dibenci lalu berfirman kepada Jibril, ‘Pergilah, lihat kepadanya dan apa yang Aku persiapkan bagi penghuninya. Jibril pun kembali melihatnya. Ternyata, surga dipenuhi dengan perkara yang dibenci manusia. Jibril pun kembali dan mengatakan, ‘Demi Kemuliaan-Mu, aku takut tidak ada yang memasukinya satu orang pun.’” [H.R. At-Tirmidzi dan An-Nasa`i, Syaikh Al-Albani t mengatakan, “hasan shahih”].

Ajal Yang Hampir Datang
Masihkah berpikir untuk berfoya-foya dan tidak mempersiapkan kehidupan akhirat? Masihkah kita berpikir untuk menunda bertaubat dan memperbaiki diri? Padahal, kita sering mendengar kabar tetangga sebelah mati mendadak tanpa mengidap penyakit. Atau, kita mendengar kabar saudara kita yang kemarin tertawa sekarang berbalut kafan.
Siapa yang tahu kapan datangnya kematian kita. Mungkin dua tahun lagi, mungkin satu tahun, satu bulan, satu minggu, besok, atau mungkin beberapa jam lagi. Siapa yang tahu selain Dzat Yang berada di atas ‘Arsy? Allah telah berfirman yang artinya, “Sesungguhnya di sisi-Nya ilmu hari kiamat dan tentang turunnya hujan, dan Allah mengetahui yang di dalam rahim. Dan tidak ada satu jiwa pun yang mengetahui apa yang akan dia perbuat, dan tidak ada satu jiwa pun yang mengetahui di bumi mana ia meninggal. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui dan Maha Meliputi ilmu-Nya.” [Q.S. Luqman:34].
Tidakkah kita merasa rugi bila ruh kita dicabut sedangkan kita belum sempat beramal shalih? Padahal, amalan shalih adalah bekal kita satu-satunya di akhirat kelak. Bukan harta, bukan pangkat, bukan pula keluarga. Rasulullah ` pernah bersabda, “Yang mengiringi jenazah itu ada tiga: keluarganya, hartanya, dan amalannya. Dua darinya akan kembali pulang dan tinggal satu saja (yang menemaninya). Keluarga dan hartanya akan kembali, tinggallah amalannya (yang akan menemaninya).” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim].
Dunia hanyalah kesenangan semu yang menipu. Kesenangan di dunia ini bagaikan fatamorgana yang segera pupus. Hendaknya kita berbekal untuk kehidupan sejati kelak. Sungguh, kita di dunia ini hakikatnya hanyalah seperti yang Rasulullah ` misalkan dalam sabda beliau, “Apa hubungannya antara aku dengan dunia? Aku di dunia ini hanyalah seperti penunggang yang bernaung di bawah pohon lalu meninggalkannya.” [H.R. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani t].
Allah l juga berfirman:
“Ketahuilah bahwa sesungguhnya kehidupan dunia itu hanyalah permainan, suatu yang melalaikan, perhiasan, bermegah-megah antara kalian serta berbangga-bangga tentang banyaknya harta dan anak. Seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur.  Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridaan-Nya. Dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.” [Q.S. Al-Hadid:20].

Berpayung Naungan Allah l
Pada hari kiamat, matahari hanya berjarak satu mil dari atas kepala kita. Saat itu, manusia berkeringat sesuai dengan dosa-dosanya. Rasulullah ` pernah bersabda, “Matahari mendekat kepada makhluk pada hari kiamat hingga berjarak satu mil. Maka, manusia pun tercelup ke dalam keringatnya sesuai dengan amalannya. Di antara mereka ada yang tercelup hingga kedua mata kakinya, di antara mereka ada yang tercelup hingga pinggangnya dan di antara mereka ada yang tercelup hingga mulutnya.” [H.R. Muslim].
Saat itu, beberapa golongan orang akan dipayungi oleh Allah l. Golongan-golongan itu adalah orang yang disebutkan dalam hadits Rasul ` berikut ini, “Tujuh golongan yang Allah naungi dengan naungan-Nya, pada hari tiada naungan selain naungan-Nya: seorang imam yang adil; pemuda yang tumbuh dalam peribadahan kepada Allah; laki-laki yang qalbunya senantiasa terkait dengan masjid; dua orang yang saling mencintai, berkumpul karena-Nya dan berpisah karena-Nya; seorang laki-laki digoda oleh perempuan yang memiliki kedudukan dan kecantikan, namun dia justru mengatakan, ‘Aku takut kepada Allah’; seseorang yang bersedekah dengan sembunyi-sembunyi hingga tangan kirinya tidak mengetahui yang diberikan oleh tangan kanannya; dan seseorang yang mengingat Allah sendirian, lalu bercucurlah air matanya.” [H.R. Al-Bukhari dan Muslim]. Engkau bisa menjadi salah satunya. Engkau bisa menjadi seorang pemuda yang senantiasa dalam peribadahan kepada Allah.

Lebih Cepat Lebih Baik
Lantas, apa yang engkau tunggu? Apakah engkau menunggu hilangnya nikmat mudamu ini? Apakah engkau menunggu penyesalan di hari tua kelak? Ingatlah, masa mudamu ini tak akan kembali. Maka, pergunakanlah waktu-waktumu di masa muda sebelum masa tuamu menghampiri, merenggut kekuatan dan kemampuanmu. Rasulullah ` pernah mewasiatkan:
اغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ: شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ، وَصِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ، وَغِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ، وَفَرَاغَكَ قَبْلَ شُغْلِكَ، وَحَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah sebaik-baiknya lima perkara sebelum lima perkara: masa mudamu sebelum pikunmu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, masa luangmu sebelum masa sibukmu, dan hidupmu sebelum matimu.” [H.R. Al-Hakim, dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani t].Lima nikmat ini adalah nikmat yang baru terasa nilainya ketika kehilangan salah satu darinya. Maka dari itu, Rasulullah ` memerintahkan kita untuk mensyukurinya dengan mempergunakan nikmat-nikmat tersebut untuk beramal.
Nah, demikianlah Islam mewasiatkan kepada kita tentang nikmat yang besar ini. Sebagai akhir dari tulisan ini, marilah kita ingat wasiat dari Ibnu Umar c, “Jika engkau berada pada sore hari maka jangan menunggu paginya dan jika berada pada pagi hari maka jangan menunggu sorenya.” [diriwayatkan oleh Al-Bukhari di dalam kitab Shahih beliau]. Allahu a’lam bish shawab(Abdurrahman).Dikutip dari:http://tashfiyah.net/2011/12/yang-muda-yang-bertakwa/

>Berqurban, Sebagai Bukti Pengorbanan

(ditulis oleh: Al-Ustadz Abu Karimah Askari bin Jamal Al-Bugisi)

رَبِّ هَبْ لِي مِنَ الصَّالِحِيْنَ. فَبَشَّرْنَاهُ بِغُلاَمٍ حَلِيْمٍ. فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَى فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَى قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللهُ مِنَ الصَّابِرِيْنَ. فَلَمَّا أَسْلَمَا وَتَلَّهُ لِلْجَبِيْنِ. وَنَادَيْنَاهُ أَنْ يَا إِبْرَاهِيْمُ. قَدْصَدَّقْتَ الرُّؤْيَا إِنَّا كَذَلِكَ نَجْزِي الْمُحْسِنِيْنَ. إِنَّ هَذَا لَهُوَ الْبَلاَءُ الْمُبِيْنُ. وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيْمٍ. وَتَرَكْنَا عَلَيْهِ فِي اْلآخِرِيْنَ. سَلاَمٌ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ

 
“Ya Rabbku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang yang shalih. Maka Kami beri dia kabar gembira dengan seorang anak yang halim (cerdik dan bijaksana). Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: ‘Hai anakku, sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu!’ Ia menjawab: ‘Hai bapakku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar.’ Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: ‘Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu,’ Sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar. Kami abadikan untuk Ibrahim itu (pujian yang baik) di kalangan orang-orang yang datang kemudian, (yaitu) ‘Kesejahteraan dilimpahkan atas Ibrahim’.” (Ash-Shaffat: 100-109)

Penjelasan Beberapa Mufradat Ayat

غُلاَمٍ حَلِيْمٍ

Seorang anak yang cerdik dan bijaksana. Yang dimaksud adalah di saat dia dewasa, dia memiliki sifat ini.
Para ulama berbeda pendapat tentang siapa dari anak Ibrahim ‘alaihissalam yang dimaksud dalam ayat tersebut. Sebagian mengatakan yang dimaksud adalah Ishaq. Pendapat ini diriwayatkan dari sebagian salaf seperti Ikrimah dan Qatadah. Ada juga yang menukil dari beberapa shahabat, di antaranya ‘Abbas bin Abdil Muththalib, Ibnu ‘Abbas dan Ibnu Mas’ud, Umar bin Al-Khaththab, Jabir, dan yang lainnya radhiyallahu ‘anhum.
Sebagian lagi mengatakan yang dimaksud adalah Isma’il ‘alaihissalam, dan ini pendapat yang dinukilkan dari Abu Hurairah dan Abu Thufail Amir bin Watsilah. Juga diriwayatkan dari Ibnu Umar dan Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhum. Dan ini pendapat Sa’id bin Musayyab, Asy-Sya’bi, Yusuf bin Mihran, dan yang lainnya. Dan pendapat ini dikuatkan oleh para ahli tahqiq seperti Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, Ibnu Katsir, Abdurrahman As-Sa’di, Asy-Syinqithi, dan yang lainnya rahimahumullah. (Lihat Tafsir Ibnu Katsir, Al-Qurthubi, Taisir Al-Karim ArrahmanAdhwa`ul Bayan, dan Majmu’ Fatawa Syaikhul Islam, 4/331-336)
Pendapat yang terkuat adalah yang kedua. Kuatnya pendapat ini ditinjau dari beberapa sisi:
Pertama: bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala mengabarkan berita gembira kepada Ibrahim ‘alaihissalam tentang anak yang akan disembelih. Kemudian setelah menyebut kisahnya secara sempurna, Allah Subhanahu wa Ta’ala menjelaskan setelahnya berita gembira tentang lahirnya Ishaq ‘alaihissalam:

وَبَشَّرْنَاهُ بِإِسْحَاقَ نَبِيًّا مِنَ الصَّالِحِيْنَ. وَبَارَكْنَا عَلَيْهِ وَعَلَى إِسْحَاقَ

“Dan Kami beri dia kabar gembira dengan (kelahiran) Ishaq, seorang nabi yang termasuk orang-orang yang shalih. Kami limpahkan keberkahan atasnya dan atas Ishaq.” (Ash-Shaffat: 112-113)
Maka ini menunjukkan bahwa ada dua berita gembira, berita tentang anak yang akan disembelih serta anak yang bernama Ishaq.
Kedua: bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyebut tentang kisah penyembelihan kecuali pada surat Ash-Shaffat saja, sedangkan pada ayat-ayat yang lain hanya disebutkan berita gembira tentang lahirnya Ishaq secara khusus.
Ketiga: Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوْبَ

“Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya’qub.” (Hud: 71)
Kalau sekiranya yang disembelih itu Ishaq, tentu Ibrahim ‘alaihissalam akan menganggap terjadinya penyalahan janji tentang munculnya Ya’qub dari keturunan Ishaq ‘alaihissalam.
Keempat: bahwa yang disifati dengan sifat sabar adalah Isma’il ‘alaihissalam, seperti dalam firman-Nya:

وَإِسْمَاعِيْلَ وَإِدْرِيْسَ وَذَا الْكِفْلِ كُلٌّ مِنَ الصَّابِرِيْنَ

“Dan (ingatlah kisah) Isma’il, Idris, dan Dzulkifli. Mereka semua termasuk orang-orang yang sabar.” (Al-Anbiya`: 85)
Dan masih ada lagi sisi penguat yang menunjukkan bahwa yang akan disembelih adalah Isma’il ‘alaihissalam, bukan Ishaq ‘alaihissalam.
Syaikhul Islam rahimahullahu menjelaskan: “Yang wajib diyakini bahwa yang dimaksud (ayat ini) adalah Isma’il. Dan inilah yang ditunjukkan oleh Al-Kitab dan As-sunnah, serta penguat-penguat yang masyhur. Ini pula yang disebutkan dalam Kitab Taurat yang ada di tangan ahli kitab, di mana disebutkan padanya bahwa (Allah Subhanahu wa Ta’ala) berfirman kepada Ibrahim:

اذْبَحِ ابْنَكَ وَحِيْدَكَ

“Sembelihlah anakmu yang satu-satunya.”
Dalam naskah yang lain: بَكْرَكَ (anak semata wayang dari ibu yang satu).
Dan Isma’il adalah anak satu-satunya yang dari satu ibu (pada masa itu) berdasarkan kesepakatan kaum muslimin dan ahli kitab. Namun ahli kitab mengubah lalu menambah kata ‘Ishaq’, lantas dkutip oleh sebagian orang dan menyebar di sebagian kaum muslimin bahwa yang dimaksud adalah Ishaq, padahal asalnya adalah dari perubahan ahli kitab.” (Majmu’ Fatawa, 4/331-332)
<<www.salafyciampeabogor.blogspot.com>>

Penjelasan Ayat

As-Sa’di rahimahullahu ketika menjelaskan ayat-ayat ini mengatakan: “(Ibrahim berkata): ‘Wahai Rabb-ku, berikanlah aku seorang anak yang termasuk dari kalangan orang-orang yang shalih’. Beliau mengucapkan itu tatkala ia telah putus asa dari kaumnya di mana beliau tidak melihat kebaikan pada mereka. Beliau pun berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala agar memberikan karunia kepadanya seorang anak yang shalih, yang Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi manfaat baginya dalam kehidupan dan setelah kematiannya. Maka Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengabulkannya dan berfirman: ‘Maka Kami memberi kabar gembira kepadanya dengan lahirnya seorang anak yang cerdik dan bijaksana’, dan tidak ada keraguan bahwa dialah Isma’il ‘alaihissalam. Karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan berita gembira setelahnya dengan lahirnya Ishaq ‘alaihissalam dan karena Allah Subhanahu wa Ta’ala menyebutkan tentang berita gembira lahirnya Ishaq ‘alaihissalam dengan firman-Nya:

وَامْرَأَتُهُ قَائِمَةٌ فَضَحِكَتْ فَبَشَّرْنَاهَا بِإِسْحَاقَ وَمِنْ وَرَاءِ إِسْحَاقَ يَعْقُوْبَ

“Dan istrinya berdiri (di balik tirai) lalu dia tersenyum. Maka Kami sampaikan kepadanya berita gembira tentang (kelahiran) Ishaq dan dari Ishaq (akan lahir putranya) Ya’qub.” (Hud: 71)
Sehingga ini menunjukkan bahwa Ishaq bukanlah yang akan disembelih. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi sifat Isma’il dengan kebijaksanaan, yang mengandung kesabaran, akhlak yang baik, lapang dada, serta memaafkan orang yang bersalah. Tatkala anak tersebut telah mencapai waktu untuk bisa bekerja bersama ayahnya dan biasanya hal itu di saat mencapai usia baligh, dia pun senang untuk melakukan yang terbaik untuk kedua orangtuanya, telah hilang kesulitannya dan telah terasa manfaatnya. Maka Ibrahim ‘alaihissalam berkata kepadanya: ‘Sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu,’ yaitu Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkanku untuk menyembelihmu. Karena mimpi para nabi adalah wahyu, maka perhatikanlah apa pendapatmu, sesungguhnya perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala harus dijalankan.
Maka Isma’il ‘alaihissalam yang senantiasa bersabar dan mengharap keridhaan Rabbnya serta berbakti kepada ayahnya berkata: ‘Wahai ayahandaku, lakukanlah apa yang diperintahkan kepadamu, engkau akan mendapatiku –insya Allah- termasuk di antara orang-orang yang bersabar.’
Dia mengabarkan kepada ayahnya bahwa dia telah menetapkan dirinya di atas kesabaran dan menggandengkan hal tersebut dengan kehendak Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebab tidaklah terjadi sesuatu tanpa kehendak-Nya. Tatkala keduanya telah berserah diri, yaitu Ibrahim dan Isma’il anaknya, dalam keadaan dia telah menetapkan untuk membunuh anak sekaligus buah hatinya, sebagai wujud menaati perintah Rabbnya dan takut dari siksaan-Nya, sedangkan sang anak telah menetapkan dirinya di atas kesabaran, dan Ibrahim telah meletakkan Isma’il dengan membelakangi wajahnya dan tengkuknya berada di atas, ia menidurkannya dan akan menyembelihnya, wajahnya dibalik agar dia tidak melihat ke wajahnya di saat penyembelihan. Kamipun memanggilnya dalam kondisi yang menegangkan dan keadaan yang sangat mencekam itu: ‘Wahai Ibrahim,’ engkau telah membenarkan dan melakukan apa yang diperintahkan kepadamu. Sesungguhnya engkau telah menetapkan dirimu di atas hal tersebut, dan engkau telah melakukan semua sebab, serta tidak ada yang tersisa kecuali melewatkan pisau di atas tenggorokannya. Sesungguhnya Kami dengan itu membalas orang-orang yang berbuat kebaikan dalam beribadah kepada Kami, yang lebih mengutamakan keridhaan Kami daripada hawa nafsunya.
Sesungguhnya ujian yang kami berikan kepada Ibrahim ini benar-benar merupakan ujian yang nyata, yang menjelaskan ketulusan Ibrahim, dan kesempurnaan cintanya kepada Rabbnya serta menjadi khalil-Nya. Karena tatkala Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan karunia Isma’il ‘alaihissalam kepada Ibrahim ‘alaihissalam, dia pun sangat mencintainya. Padahal beliau adalah Khalilullah di mana khalil merupakan tingkatan kecintaan yang tertinggi, dan itu harus murni dan tidak menerima adanya penyetaraan, serta menghendaki agar seluruh unsur kecintaan tersebut benar-benar terpaut kepada yang dicintai.
Tatkala ada satu unsur dari hati Ibrahim yang melekat pada diri Isma’il, Allah Subhanahu wa Ta’ala hendak memurnikan kecintaan Ibrahim kepada-Nya dan menguji khalil-Nya. Maka Dia memerintahkan untuk menyembelih orang yang kecintaannya telah mengusik kecintaan kepada Rabbnya. Tatkala Ibrahim lebih mengutamakan kecintaan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan lebih mendahulukannya di atas hawa nafsunya, serta bertekad untuk menyembelihnya, hilanglah sesuatu yang mengusik dalam hatinya tersebut, sehingga penyembelihan pun tidak berfaedah lagi.
Oleh karenanya Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman: ‘Sesungguhnya benar-benar ini merupakan ujian yang nyata, dan Kami menebusnya dengan sembelihan yang agung,’ yaitu diganti dengan sembelihan berupa kambing yang agung yang disembelih Ibrahim. Keagungan kambing tersebut dari sisi bahwa itu adalah tebusan dari Isma’il ‘alaihissalam di mana itu termasuk di antara ibadah yang agung. Dan dari sisi bahwa hal itu menjadi ibadah qurban dan sunnah hingga hari kiamat. Dan kami meninggalkan untuknya pujian yang benar pada orang-orang belakangan sebagaimana orang-orang terdahulu. Sehingga setiap yang datang setelah Ibrahim ‘alaihissalam, senantiasa mencintai, mengagungkan, dan memuji, ‘keselamatan atas Ibrahim’ yaitu penghormatan atasnya. Seperti firman-Nya:

قُلِ الْحَمْدُ لِلهِ وَسَلاَمٌ عَلَى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفَى آللهُ خَيْرٌ أَمَّا يُشْرِكُوْنَ

“Katakanlah: ‘Segala puji bagi Allah dan kesejahteraan atas hamba-hamba-Nya yang dipilih-Nya. Apakah Allah yang lebih baik ataukah apa yang mereka persekutukan dengan Dia?’.” (An-Naml: 59) [lihat Taisir Al-Karim Ar-Rahman]
Telah diriwayatkan oleh Abu Thufail dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: “Tatkala Ibrahim ‘alaihissalam diperintah untuk menyembelih anaknya, setan pun berusaha menggodanya ketika berada di tempat sa’i, lalu berusaha mendahului Ibrahim. Namun Ibrahim berhasil mendahuluinya. Jibril lantas membawa Ibrahim menuju jamratul ‘aqabah. Setan pun kembali menggodanya. Beliau pun melemparnya dengan tujuh kerikil, hingga setan itu pergi lalu menggodanya kembali di jamratul wustha. Ibrahim pun melemparnya dengan tujuh kerikil. Dan di sanalah Isma’il dibaringkan, dalam keadaan Isma’il memakai gamis berwarna putih. Lalu ia (Ismail) berkata: ‘Wahai ayahku, aku tidak memiliki baju yang mengafaniku selain ini, maka lepaslah agar ia menjadi kain kafanku.’ Ketika beliau hendak melepasnya, terdengarlah panggilan dari belakangnya: ‘Wahai Ibrahim, sungguh engkau telah menjalankan mimpimu.’ Ibrahim pun berbalik, ternyata ada seekor domba putih, bertanduk, dan bermata lebar. Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: ‘Sungguh kami pernah menjual jenis domba seperti ini’.” (HR. Ahmad, 1/297, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak, 1/638, Al-Baihaqi, 5/153, At-Thabari dalam Tafsir-nya, 23/80. Al-Hakim menyatakan: “Hadits ini shahih berdasarkan syarat Al-Bukhari dan Muslim; dan keduanya tidak mengeluarkannya.” Dan dishahihkan Al-Albani dalam Shahih At-Targhib Wat-Tarhib: 2, no. 1156)

Berqurban, Sebagai Bukti Pengorbanan

Ayat yang mulia ini menjelaskan betapa beratnya cobaan yang Allah Subhanahu wa Ta’ala berikan kepada Ibrahim ‘alaihissalam serta betapa besarnya pengorbanannya sebagai bentuk pembuktian dirinya sebagai hamba Allah Subhanahu wa Ta’ala yang berserah diri sepenuhnya, dan sebagai khalilullah yang memurnikan kecintaannya hanya untuk-Nya. Dan ini menunjukkan bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberikan cobaan kepada hamba-hamba-Nya dengan berbagai jenis cobaan, untuk membuktikan keimanan hamba tersebut. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

مَا يَأْتِيْهِمْ مِنْ ذِكْرٍ مِنْ رَبِّهِمْ مُحْدَثٍ إِلاَّ اسْتَمَعُوْهُ وَهُمْ يَلْعَبُوْنَ. لاَهِيَةً قُلُوْبُهُمْ وَأَسَرُّوا النَّجْوَى الَّذِيْنَ ظَلَمُوْا هَلْ هَذَا إِلاَّ بَشَرٌ مِثْلُكُمْ أَفَتَأْتُوْنَ السِّحْرَ وَأَنْتُمْ تُبْصِرُوْنَ

“Tidaklah datang kepada mereka suatu ayat Al-Qur`an pun yang baru (diturunkan) dari Rabb mereka, melainkan mereka mendengarnya, sedang mereka bermain-main, (lagi) hati mereka dalam keadaan lalai. Dan mereka yang dzalim itu merahasiakan pembicaraan mereka: ‘Orang ini tidak lain hanyalah seorang manusia (juga) seperti kamu, maka apakah kamu menerima sihir itu, padahal kamu menyaksikannya?’.” (Al-Anbiya`: 2-3)

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً وَإِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada Kamilah kamu dikembalikan.” (Al-Anbiya`: 35)
Ibrahim ‘alaihissalam akhirnya memang tidak melaksanakan penyembelihan terhadap anaknya, sebab Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ujian tersebut bukan dalam rangka mewujudkan penyembelihan terhadap anaknya tersebut, namun semata-mata untuk membuktikan kecintaan Ibrahim ‘alaihissalam yang murni hanya untuk Allah Subhanahu wa Ta’ala. Hal ini mirip dengan kisah yang disebutkan oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam tentang tiga orang dari kalangan Bani Israil: orang yang berpenyakit sopak, si botak, dan si buta.
Allah Subhanahu wa Ta’ala hendak menguji mereka dengan mengutus seorang malaikat, lalu mendatangi orang yang berpenyakit sopak, lalu bertanya: “Apa yang paling engkau sukai?” Ia menjawab: “Warna kulit yang indah, kulit yang bagus, dan hilang penyakit yang karenanya manusia merasa jijik dariku.” Maka malaikat itu pun mengusapnya, hingga hilanglah penyakit tersebut dan ia diberi warna kulit yang indah. Lalu dikatakan kepadanya: “Harta apa yang paling engkau sukai?” ia menjawab: “Unta.” Maka ia pun diberi unta betina yang sedang bunting, dan dikatakan kepadanya: “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi berkah untukmu.”
Lalu malaikat itu mendatangi si botak dan bertanya: “Apa yang paling engkau sukai?” Ia menjawab: “Rambut yang indah dan hilangnya apa yang membuat manusia merasa jijik dariku.” Malaikat itu pun mengusapnya sehingga hilanglah botaknya dan dia diberi rambut yang indah. Lalu dia ditanya: “Harta apa yang paling engkau sukai?” Ia menjawab: “Sapi.” Maka ia pun diberi sapi betina yang bunting. Lalu dikatakan kepadanya: “Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memberi berkah untukmu.”
Lalu malaikat itu mendatangi si buta, dan berkata seperti yang diucapkan kepada yang sebelumnya, maka Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan penglihatannya dan diberi seekor kambing yang bunting.
Tidak lama kemudian harta mereka berkembang biak. Sehingga yang pertama memiliki satu lembah unta, yang kedua memiliki satu lembah sapi, dan yang ketiga memiliki satu lembah kambing.
Lalu datanglah malaikat tersebut kepada orang yang pernah berpenyakit sopak, dalam bentuk dan keadaannya yang dulu lalu berkata: “Aku orang miskin. Aku sudah tidak punya bekal dalam perjalananku. Tidak ada yang dapat melanjutkan perjalananku kecuali karena Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian karena engkau. Aku meminta kepadamu dengan nama Dzat yang telah memberikan kepadamu warna kulit yang indah, kulit yang bagus, dan harta, agar engkau berikan aku seekor unta sehingga aku dapat melanjutkan perjalananku.” Ia menjawab: “Banyak hak-hak manusia yang harus ditunaikan.” Si miskin berkata: “Sepertinya aku mengenalmu, bukankah dahulu engkau berpenyakit sopak dan manusia merasa jijik darimu, miskin, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala memberikan ini semua kepadamu?” Ia menjawab: “Sesungguhnya aku mewarisi harta ini dari nenek moyangku yang mulia secara turun-temurun.” Maka si miskin berkata: “Jika engkau berdusta, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikanmu seperti dulu. ”
Lalu ia (malaikat) mendatangi si botak dan berkata kepadanya seperti yang dikatakan kepada sebelumnya, dan si botak pun menjawab seperti jawaban orang sebelumnya (yang berpenyakit sopak). Maka ia (malaikat) berkata: “Jika engkau berdusta, semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan engkau seperti dulu.”
Lalu ia (malaikat) mendatangi si buta dalam bentuk dan keadaannya (yang dahulu), kemudian berkata: “Aku orang miskin, yang kehabisan bekal dalam perjalananku. Tidak ada yang menyampaikanku hari ini kecuali dengan bantuan Allah Subhanahu wa Ta’ala kemudian bantuanmu. Aku meminta kepadamu dengan nama Dzat yang telah mengembalikan penglihatanmu agar engkau berikan aku seekor kambing yang dapat menyampaikanku dalam perjalananku.” Maka ia menjawab: “Dahulu aku buta, lalu Allah Subhanahu wa Ta’ala mengembalikan penglihatanku. Maka ambillah harta mana yang engkau inginkan dan tinggalkan yang mana yang engkau mau. Demi Allah, aku tidak merasa berat padamu pada hari ini dengan sesuatu yang engkau mengambilnya karena Allah Subhanahu wa Ta’ala.” Maka malaikat itu menjawab: “Jagalah hartamu, sesungguhnya kalian hanyalah diuji. Sungguh Allah Subhanahu wa Ta’ala telah meridhaimu, dan murka terhadap dua temanmu.” (Muttafaq ‘alaihi dari hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Hadits ini menunjukkan bahwa malaikat tersebut tidak berkeinginan untuk mengambil harta si buta, namun hanya sekedar memberi ujian terhadap kebenaran imannya. Dan hal tersebut telah terbukti. Semoga kita dapat mengambil pelajaran dari kisah pengorbanan Ibrahim ‘alaihissalam ini.
Wabillahit taufiq.
 
Sumber : asysyariah.com

[AUDIO]: Nilai Sebuah Keikhlasan

Rekaman –  AUDIO KAJIAN  Kajian Islam Ilmiyyah Tanjung Priok  Ahad, 03 Rabi’ul Awwal 1440H / 11 November 2018M   Masjid Raya al-H...