Mengenal Asal-Usul Perayaan Maulid Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam


>>>Abu Yusrina<<<

Mengenal Asal-Usul Perayaan Maulid Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam

Tanya : “Mohon dijelaskan secara ringkas, bagaimana sebenarnya asal-usul perayaan Maulid Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam itu. Apakah hal itu telah ada di jaman Nabi dan para shahabat? Apakah mereka juga merayakannya? Jazakumulloh khoiron atas penjelasannya.
>>>www.salafyciampeabogor.blogspot.com<<<
Jawab :
Ketahuilah, semoga Alloh subhanahu wa ta’ala senantiasa merahmati kita semuanya, bahwa perayaan maulud atau maulid Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam itu tidak dikenal di jaman Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam dan para shahabat beliau, juga tidak dikenal di masa tabi’in dan tabi’ut tabi’in, demikian pula tidak dikenal pada masa imam-imam madzhad yang empat, seperti Imam Abu Hanifah, Imam Malik, Imam As-Syafi’i dan Imam Ahmad bin Hambal rohimahulloh ajma’in.
Ya, karena hal itu memang perkara baru yang diada-adakan atas nama agama Islam, dengan kata lain hal itu adalah bid’ah dalam agama ini.
Menurut sejarah yang shohih, yang pertama kali mengadakan perayaan maulid ini adalah Bani Ubaid al-Qoddah, yang menamai diri mereka dengan nama “Al-Fathimiyyun”. Mereka memasuki kota Mesir tahun 362 hijriyyah, dan dari sinilah mulai tumbuh berkembang perayaan maulid (hari ulang tahun kelahiran) secara umum dan maulid Nabi secara khusus.
Al-Imam Ahmad bin Ali Al-Miqrizi rohimahulloh (seorang ulama pakar sejarah) mengatakan : “Para kholifah Fathimiyyun mempunyai perayaan yang bermacam-macam setiap tahunnya. Diantaranya adalah : “Perayaan tahun baru, perayaan Hari Asyuro, perayaan Maulid Nabi, perayaan maulid Ali bin Abi Tholib, perayaan maulid Al-Hasan, maulid Husain, maulid Fathimah Az-Zahroh, dan maulid kholifah. Juga ada perayaan awal bulan Rojab, awal Sya’ban, Nishfu Sya’ban, awal Romadhon, pertengahan Romadhon, dan perayaan penutupan Romadhon…..” (Al-Mawa’id wal I’tibar bi Dzikril Khuthothi wal Atsar, 1/490)
Mereka itu adalah orang-orang dari Daulah ‘Ubaidiyyah yang beraqidah Bathiniyyah, mereka itulah yang dikatakan oleh para ulama : “Mereka menampakkan diri sebagai orang Rofidhoh/Syi’ah, padahal sebenarnya mereka adalah murni orang kafir.” (Fadho’ih al-Bathiniyyah ( hal. 37) karya Abu Hamid Al-Ghozali, Kasyful Asror wa Hatkul Astar, karya Al-Qodhi Al-Baqillani, Al-Mu’tamad, karya Al-Qodhi Abu Ya’la rohimahulloh)
Untuk lebih mengetahui bahwa Banu Ubaid al-Qoddah adalah pencetus pertama perayaan bid’ah Maulid ini, silahkan melihat kepada kitab-kitab sebagai berikut : Al-Mawa’id wal I’tibar bi Dzikril Khuthothi wal Atsar (1/280) karya Al-Maqrizi, Shubhul A’sya (3/398) karya Al-Qolqosindi, Tarikh Ihtifal bil Maulid (hal. 69), karya As-Sandubi, Ahsanul Kalam (hal. 44), karya Muhammad Bukhoit al-Muthi’i, Al-Ibda’ fii Madhohiril Ibtida’  (hal. 251) karya Syaikh Ali Mahfudz, dan lain-lain
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rohimahulloh menjelaskan : “Tidak disangsikan lagi, jika kita melihat pada sejarah kerajaan Fatimiyyun, kebanyakan dari raja (penguasa) mereka adalah orang-orang yang zholim, sering menerjang perkara yang haram, jauh dari melakukan perkara yang wajib, paling semangat dalam menampakkan bid’ah yang menyelisihi Al Kitab dan As Sunnah, dan menjadi pendukung orang munafik dan ahli bid’ah. Perlu diketahui, para ulama telah sepakat bahwa Daulah Bani Umayyah, Bani Al ‘Abbas (‘Abbasiyah) lebih dekat pada ajaran Allah dan Rasul-Nya, lebih berilmu, lebih unggul dalam keimanan daripada Daulah Fatimiyyun. Dua daulah tadi lebih sedikit berbuat bid’ah dan maksiat daripada Daulah Fatimiyyun. Begitu pula khalifah kedua daulah tadi lebih utama daripada Daulah Fatimiyyun.”
Beliau rahimahullah juga mengatakan, “Bani Fatimiyyun adalah di antara manusia yang paling fasik (banyak bermaksiat) dan paling kufur.” (Majmu’ Fatawa, 35/127).
Demikianlah, lalu bid’ah maulid ini pun menyebar ke seluruh penjuru negeri-negeri muslim yang lainnya. Orang pertama yang merayakan bid’ah maulid ini di Iraq adalah Umar Muhammad al-Mula pada abad ke-enam hijriyyah, lalu diikuti oleh Raja Mudhofir Abu Sa’id Kaukaburi (raja negeri Irbil) pada abad  ke-tujuh hijriyyah, dengan pesta perayaan maulid yang sangat megah. Lalu berkembang ke seluruh penjuru negeri lainnya.
Jadi berdasarkan uraian ringkas di atas, dapat kita simpulkan : (1) Perayaan Maulid ini tidak ada asal-usulnya sama sekali dari ajaran Nabi Muhammad shollallohu ‘alaihi wa sallam, otomatis juga tidak pernah diamalkan oleh generasi salafus sholih (para shahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in rodhiyallohu ‘anhum ajma’in), (2) Perayaan maulid ini muncul dari kerajaan Bani Fathimiyyun yang kafir dan banyak berbuat bid’ah dan maksiat, (3) Mengadakan perayaan maulid ini, berarti tasyabbuh (menyerupai) Bani Fathimiyyun dalam hal kesesatan dan kerusakan mereka, wallohu a’lamu bis showab. (Dinukil dari kitab Al-Maulid hal. 20 dan kitab Al-Bida’ Al-Hauliyyah hal. 145-146)Sumber : www.daril-ilmi.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

[AUDIO]: Nilai Sebuah Keikhlasan

Rekaman –  AUDIO KAJIAN  Kajian Islam Ilmiyyah Tanjung Priok  Ahad, 03 Rabi’ul Awwal 1440H / 11 November 2018M   Masjid Raya al-H...